Saat sesi debat kelima Pilpres 2024 yang mengangkat tema kebudayaan, calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo menyinggung pementasan seniman Butet Kertaredjasa. Menurutnya, pemerintah tak perlu takut dengan ekspresi seni para seniman dan budayawan.
“Kalau lah mereka kemudian berekspresi, pemerintah enggak perlu takut. Masak takut sama pentasnya Butet (Kertaredjasa),” ujar Ganjar di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Minggu (4/2).
Sebelumnya, Butet dilaporkan oleh ormas Projo DI Yogyakarta atas dugaan penghinaan terhadap Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Laporan itu buntut dari orasi dan pantun yang disampaikan Butet dalam acara kampanye Ganjar di Alun-alun Wates, Kulon Progo, DI Yogyakarta pada Minggu (28/1).
Butet dianggap sudah menghina Jokowi usai menyamakannya dengan binatang. Ia diduga melanggar Pasal 315 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP.
Lebih lanjut, Ganjar menekankan, pemerintah memang mesti dikritik dan harus waras. “Pemerintah mesti dalam track, dan biarkan mereka mengekspresikan dengan seninya, dengan karakternya, dengan budayanya,” tutur Ganjar.
Sementara capres nomor urut 1 Anies Baswedan mengatakan, pemerintah harus menciptakan ekosistem yang sehat, sehingga para budayawan bisa memunculkan ekspresinya. Ia pun menekankan, budaya bukan hanya dirawat.
“Kalau dirawat seakan-akan dia warisan masa lalu saja. Budaya itu harus dikembangkan,” kata Anies.
Anies pun berencana akan menjadikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan seabgai penyalur dana dari negara untuk diberikan kepada kalangan budayawan agar bisa tumbuh berkembang, jika terpilih menjadi presiden.
Menanggapi pernyataan Ganjar dan Anies, Prabowo menjawab dengan normatif. Ia sepakat dengan respons Ganjar dan Anies.
“Memang banyak benarnya. Kita harus benar-benar memberi ruang untuk inisiatif, inovasi, kreativitas,” tutur Prabowo.
“Pemerintah harus tidak ragu-ragu dan berani untuk juga turun tangan, menjaga situs-situs, membantu museum-museum, membantu istana-istana kesultanan kita yang banyak sudah mau roboh.”