Pakar bahasa tubuh Monica Kumalasari menilai debat terakhir pilpres yang berlangsung pada Sabtu (13/4) di Hotel Sultan, Jakarta, tidak terlalu beda dengan debat-debat sebelumnya. Bahkan, dia berpendapat tidak ada yang berubah dari paslon nomor urut 02 Prabowo - Sandiaga Uno.
"Dari sisi kualitas 02 sama dengan debat sebelumnya. Ada adegan Prabowo joget, kurang mengontrol emosi. Gayanya juga gaya yang komando atau otoriter seperti sebelumnya yang nunjuk-nunjuk," kata Monica saat dihubungi Alinea.id, Sabtu (13/4).
Prabowo cenderung lebih memberikan panggung kepada calon wakilnya. Calon presiden nomor urut 02 itu dinilai kurang menguasai materi tertentu. Misalnya saat Jokowi bertanya mengenai pengembangan ekonomi digital dalam pengembangan mobile legend dan e-Sports, Prabowo langsung menyerahkan pertanyaan ini untuk dijawab oleh Sandi.
"Padahal Sandi juga nggak siap dan terdengar memang bahwa Sandi menjawab dengan 'are you giving to your vice' untuk menjawab gitu loh," ujar Monica.
Hal tersebut mengingatkan publik pada debat kedua saat Prabowo menjawab soal unicorn. "Hal-hal seperti itu kan Prabowo memang sangat lack banget kan dan nggak berusaha untuk improve. Padahal dengan begitu ada momen untuk diserang dari 01."
Monica berpendapat dalam debat terakhir ini cawapres 01 Ma'ruf Amin memperlihatkan perkembangan paling signifikan.
"Hari ini rising star-nya adalah Ma'ruf Amin. Walaupun tua dan tetap baseline sebagai seorang kyai, namun tetap mengeluarkan diksi-diksi. Misalnya, DEWI (desa wisata) dan DEDI (desa digital)," ucapnya.
Dalam debat perdana, Ma'ruf Amin hanya bicara pada isu-isu tertentu dan lebih sering diam. Kondisinya berubah ketika debat antar cawapres.
"Dia bisa menyampaikan banyak ide, bukan cuma pernyataan normatif. Tadinya Ma'ruf underdog, tapi dari debat ke debat, kita tidak kecewa. Bahkan hari ini Ma'ruf sangat tenang," kata Monica.
Sementara itu, calon presiden nomor urut 01 dinilai sama dengan debat keempat. Jokowi dibuat gemas dengan jawaban lawannya.
"Jokowi merasa capek itu gini, jawaban mengenai e-Sports, tapi di jawab tidak sesuai. Malah di jawab soal swasembada pangan, jadi geram. Jokowi juga banyak megang dagunya seperti berpikir duh gini aja kok ngga tau sih," jelas Monica.
Pakar bahasa tubuh berbasis sains yang mendapat lisensi dari Paul Ekman itu menuturkan pula, Sandi juga sempat terlihat malu dengan jawaban Jokowi yang menyebut dirinya hanya menggunakan contoh ekonomi mikro.
"Ini memang yang ditunggu, karena dari debat-debat sebelumnya pak Sandi selalu mengambil contoh mikro, misal Mia dari Tegal, Rahman dari Sulawesi, dan lainnya. Ekspresinya malu, karena memang akhirnya ditegur, cara yang ditunjukkan nggak bisa sebagai negarawan karena kan nggak bisa liat dari komplain satu orang saja," ucapnya.
Meski memberikan pembelaan, Monica menilai Sandi melakukan defense mechanism. Artinya, cara seseorang untuk bertahan. "Kan nggak mungkin iya-iya aja," katanya.
Adapun pengalihan makna 'TPS' oleh Sandi, yakni Tusuk Prabowo Sandi, dinilai kesempatan emas bagi paslon nomor 01. "Namun terkesan memaksakan diri bahwa mereka harus menang dan menandakan ini sebuah kepercayaan diri."
Secara keseluruhan, kata Monica, dalam debat kelima ini pasangan yang unggul dalam konten dan penguasaan materi yaitu pasangan calon nomor urut 01.