close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Petugas TPS 73 berdandan seperti hantu saat melayani warga yang akan menggunakan hak suaranya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu (17/4)./ Antara Foto
icon caption
Petugas TPS 73 berdandan seperti hantu saat melayani warga yang akan menggunakan hak suaranya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu (17/4)./ Antara Foto
Pemilu
Rabu, 17 April 2019 15:47

Demi tarik partisipasi warga, TPS di Surabaya habiskan Rp50 juta

Dana berasal dari sumbangan KPU, kas RW, serta sumbangan warga.
swipe

Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) di Kelurahan Rungkut Tengah, Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya, mendesain Tempat Pemungutan Suara (TPS) seunik mungkin dan tampil beda dengan lainnya. Upaya yang dilakukan agar masyarakat mau menggunakan hak pilihnya, menghabiskan dana hingga Rp50 juta.

Empat TPS tersebut adalah TPS 26, 27, 28, dan 29, yang berada di RW 8 Perumahan Rungkut Mapan Barat. TPS-TPS tersebut disulap bernuansa entik dan bertemakan Bhineka Tunggal Ika.

"Biaya yang dibutuhkan menyentuh Rp50 juta untuk menyulap TPS seperti bazaar. Dana sebesar itu diperoleh dari swadaya masyarakat," ungkap Ketua RW 8, Wahyu P. Kuswanda di lokasi, Rabu (17/4).

Di TPS 26, panitia menghiasnya dengan corak khas Madura. TPS 27 bercorak Jawa, TPS 28 menggunakan dekorasi bernuansa Tionghoa, dan TPS 28 dihias ala Bali. 

Seluruh TPS tersebut berada dalam satu lokasi yang berada di lapangan balai RW. Keempat TPS itu juga dimeriahkan dengan musik elektronik serta sejumlah doorprise. 

Wahyu menjelaskan, setiap TPS mendapat dana  Rp 1,6 juta dari KPU. Kekurangannya dipinjam dari koperasi RW, yang akan dibayar melalui angsuran dari kas RW. 

Selain menggunakan dana talangan dari koperasi, pembiayaan juga berasal dari sumbangan masyarakat. Warga kelahiran Bali, secara sukarela membawa pernak-pernik dekorasin bernuansa pulau sebelah Timur Jawa.

"Kami harap ini juga menarik minat pemilih muda yang mencapai 41% untuk datang ke TPS," katanya. 

Wahyu mengatakan, pihaknya memasang target 80% masyarakat ikut berpartisipasi dalam pemilu kali ini. Meski masyarakat di wilayah itu berasal dari beragam etnis, mulai Jawa hingga Tionghoa, warga RW 8 ingin menunjukkan bahwa perbedaan tidak selalu buruk. Gotong royong sebagai budaya bangsa tetap harus dipertahankan. 

"Dua alasan kami memakai tema Bhineka Tunggal Ika, satu karena ini sesuai dengan visi RW 8 keberagaman itu indah, dan kedua walau berbeda tetap satu," ujarnya.

Menurut data, di empat TPS tersebut terdapat 300 orang yang masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT). Dengan demikian, ada 1.200 pemilih yang terdiri dari 47% laki-laki dan 53% perempuan. 

img
Adi Suprayitno
Reporter
img
Gema Trisna Yudha
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan