close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo berpidato saat kampanye di Gedung Serbaguna Rambate Rata Raya, Asahan, Sumatera Utara. Antara Foto
icon caption
Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo berpidato saat kampanye di Gedung Serbaguna Rambate Rata Raya, Asahan, Sumatera Utara. Antara Foto
Pemilu
Selasa, 23 April 2019 11:44

Sebab Jokowi kalah di Sumbar pada Pilpres 2019

Kekalahan Jokowi disebabkan sejumlah faktor mulai dari ideologi, sosiologis, kultural, hingga psikologis.
swipe

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Padang, Edi Indrizal, membongkar factor yang menjadi penyebab kekalahan paslon nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin di wilayah Sumatera Barat pada Pemilu 2019. Menurutnya, kekalahan Jokowi disebabkan sejumlah faktor mulai dari ideologi, sosiologis, kultural, hingga psikologis.

“Jadi semua faktor tersebut saling terkait satu sama lain, sehingga membentuk perilaku kolektif masyarakat dalam memilih,” kata Edi di Padang, Sumatera Barat, pada Selasa (23/4).

Edi mengatakan, pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin sempat didukung oleh 12 kepala daerah di Sumatera Barat pada Pilpres 2019 lewat deklarasi terbuka. Para bupati dan wali kota tersebut adalah Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni; Bupati Dharmasraya, Sutan Riska; Bupati Pasaman, Yusuf Lubis; Bupati Tanah Datar, Irdinansyah Tarmizi; dan Bupati Sijunjung, Yuswir Arifin. 

Kemudian Wali Kota Padang Panjang, Fadly Amran; Wali Kota Bukittinggi, Ramlan Nurmatias; Wali Kota Solok, Zul Elfian; Wali Kota Pariaman, Genius Umar; Bupati Mentawai, Yudas Sabaggalet; Bupati Limapuluh Kota, Irfendi Arbi; dan Bupati Solok, Gusmal.

Meski didukung oleh 12 kepala daerah, kata Edi, strategi tersebut ternyata keliru. Sebab, yang terjadi bukannya suara untuk paslon 01 semakin bertambah, malah yang terjadi semakin menurun bila dibandingkan Pilpres 2014 sebelumnya.

“Artinya, strategi yang dipakai untuk memenangkan Jokowi oleh tim sukses di Sumbar tidak menjawab persoalan yang terjadi,” ucap Edi.

Edi menjelaskan, terkait dengan persoalan ideologi, misalnya, ia melihat sejak awal Parta Demokrasi Indonesia Perjuangan selaku partai pengusung Jokowi sulit mendapat tempat di hati masyarakat Sumatera Barat. 

Kemudian, jika menggunakan pendekatan polarisasi kemajemukan di Sumbar, Jokowi ternyata dominan mendapat suara di Dharmasraya yang notabenenya dihuni oleh transmigran dari Pulau Jawa. Berikutnya, soal psikologis ada yang memandang memilih paslon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno adalah pilihan yang hebat dan rasional.

“Akan tetapi gejala perilaku memilih seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia, pada negara maju seperti Amerika Serikat pun juga terjadi , jadi tidak bisa semata soal rasional dan tidak rasional,” kata Edi.

Pada sisi lain, Edi menambahkan, semakin maraknya penggunaan media sosial juga ikut andil membuat masyarakat lebih memilih Prabowo di Sumatera Barat. Berdasarkan hasil hitung cepat Charta Politika pasangan Jokowi-Maruf Amin hanya memperoleh 12,37% suara. Sementara pasangan Prabowo-Sandi meraih 87,63% suara. (Ant)

img
Tito Dirhantoro
Reporter
img
Tito Dirhantoro
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan