Pencopotan Erwin Aksa di struktur Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar karena mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menandakan terbelahnya suara partai berlambang pohon beringin tersebut. Pengamat menyebut saat ini Golkar sedang bermain di dua kaki.
Pengamat Politik Karyono Wibowo mempersamakan Golkar dengan Partai Demokrat yang bermain dua kaki. Hal ini tercermin dari sikap politikus senior Golkar sekaligus Dewan Penasihat Kampanye Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang kerap mengkritik kebijakan pemerintah.
"Sama seperti Demokrat, Golkar terlihat bermain dua kaki. Perbedaannya Golkar tidak terlihat secara terbuka," kata Karyono kepada Alinea.id pada Rabu (20/3).
Karyono menilai pilihan Erwin Aksa mendukung pasangan 02 menambah riak perbedaan suara yang ada di dalam tubuh Partai Golakar. Meskipun demikian, menurut Karyono, belum tentu muncul kubu baru di Golkar atas sikap Erwin Aksa.
Di sisi lain, Karyono menilai elektabilitas Partai Golkar tidak akan mengalami penurunan secara drastis dalam pemilu. Pasalnya, perpecahan di Partai Golkar sudah terjadi sejak lama dan tren penurunan suara sejak perpecahan pada pemilu-pemilu sebelumnya memang sudah terjadi.
"Mungkin turun sedikit, tapi tidak signifikan. Golkar memang sudah pecah dari dulu, sudah ada Hanura, Gerindra, Nasdem dan lainnya yang memang itu pecahan dari Golkar," katanya.
Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadziliy menegaskan pilihan Erwin Aksa tidak berarti ada perpecahan di partai. Ia pun meyakini kalau dukungan partai untuk Jokowi-Ma'ruf Amin makin solid.
"Tidak, tidak ada perpecahan. Itu kan kaitannya dengan personalnya," kata Ace kepada Alinea.id.
Ace juga membantah Partai Golkar bersikap dua kaki dalam pilpres April mendatang. Ia menegaskan tidak ada satu orang pun dari kader Partai Golkar yang berdiri dua kaki demi kepentingan politik di pilpres satu bulan mendatang.
Ace justru menantang untuk menyebut nama politisi Golkar yang disebut-sebut bermain dua kaki.
Perbedaan pilihan pasangan calon presiden dan wakil presiden di Golkar memang bukan hal baru. Mengingatkan kembali pada pemilu tahun 2014, saat Aburizal Bakrie menakhodai Golkar, suara partai diberikan kepada pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Padahal saat itu Jusuf Kalla maju sebagai Wakil Presiden Jokowi.
Kemudian saat Jusuf Kalla maju sebagai presiden berpasangan dengan Wiranto pada Pemilu 2009, suara Golkar gembos. Alih-alih mendukung JK, Golkar di bawah Aburizal Bakrie justru suaranya lebih banyak mengarah ke Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berpasangan dengan Boediono.