close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Bakal calon presiden (bacapres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo
icon caption
Bakal calon presiden (bacapres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo
Pemilu
Jumat, 29 September 2023 17:26

Ganjar minta agar insentif buat petani dan nelayan ditingkatkan

Isu ini diangkat bukan karena jelang Pemilu 2024 yang sebentar lagi bergulir. 
swipe

Bakal calon presiden (bacapres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo, ingin supaya pangan yang variatif tetap ada di Indonesia. Hal ini disampaikan saat pembukaan Rakernas IV PDI Perjuangan (PDIP) yang digelar di JI-Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (29/9). Rakernas itu berlangsung tiga hari hingga Minggu (1/10).

Ganjar mengatakan, kondisi pangan yang variatif menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Sementara, negara lain tidak memiliki variatif semacam ini.

"Biarkan yang makan papeda, makan papeda. Biarkan yang makan tiwul, tetap makan tiwul. Dan yang makan beras, juga makan beras. Karena sorgum pun bisa menjadi sumber pangan,” katanya dalam pidatonya, Jumat (29/9).

Dengan varietas sumber pangan itu, Ganjar juga meminta agar bantuan insentif terhadap para petani dan nelayan terus ditingkatkan dari mulai pupuk  Mulai dari pupuk, bubut, hingga alat tangkap ikan.

Di sisi lain, mantan Gubernur Jawa Tengah itu juga mendorong peningkatan teknologi. Dia menilai, di tengah perubahan zaman, peningkatan teknologi menjadi keharusan. Tanpa itu, kemandirian pangan tidak bisa diraih.

Kedaulatan pangan menjadi tema dari pelaksanaan Rakernas IV PDIP yang digelar selama tiga hari mulai hari ini hingga Minggu (1/10). Maka dari itu, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri menekankan, isu ini diangkat bukan karena jelang Pemilu 2024 yang sebentar lagi bergulir. 

"Ini bukan karena kita mau pemilu, tetapi kita renungkan bertahun-tahun. Mengapa bapak saya selalu mengatakan petani nelayan itu sokoguru (tiang atau tonggak) dan saya bisa mengerti sekarang," katanya dalam rakernas, Jumat (29/9).

Megawati menyebut, perhatiannya akan hal itu membuatnya menghadirkan para petani dan nelayan dalam rakernas kali ini. Apalagi, cerita tentang seorang petani yang ditemui Soekarno, bernama Marhaen.

Marhaen mengaku bisa memenuhi kehidupannya sendiri maupun keluarganya. Sayangnya, tidak bisa berbagi dan ikut menyejahterakan orang-orang sekitarnya.

Dialog Soekarno dengan Marhain kemudian menjadi inspirasi adanya penguatan negara dari para petani. Inspirasi ini juga menjadi cikal bakal Marhaenisme.

Sayangnya, kata Megawati, kata Marhaenisme memiliki konotasi yang dipadankan dengan komunisme. Sementara, berangkat dari cerita tersebut pemahaman kedaulatan pangan menjadi tema penting.

“Dulu banyak orang selalu memberikan konotasi, kalau menyebut Marhaenisme langsung dikatakan kita ini ‘komunisme’. Padahal, berarti orang itu tidak tahu sejarah dan tidak tahu apa itu Marhaen,” ungkapnya.

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan