Pengamat politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin menilai saat ini terjadi pergeseran pola pergerakan dari kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Jika awalnya mereka menggunakan kekuatan kelompok Islam, saat ini bergeser pada para purnawirawan.
Menurutnya, pergeseran ini terjadi karena kubu 02 menyadari kekuatan Islam tak mampu mengubah hasil pemilu. Karena itu, mereka mengubah pola dengan memanfaatkan jaringan para purnawirawan baik TNI maupun Polri.
"Terkait pola gerakan kubu 02 yang tidak lagi menggunakan gerakan alumni 212 itu juga wajar. Karena pilpres sudah beres, pola gerakan pun berubah, dan perubahan itu dilakukan oleh para purnawirawan," kata Ujang kepada jurnalis Alinea.id, Selasa (21/5).
Menurut pengamat politik dan keamanan Universitas Padjadjaran Muradi, pergeseran terjadi karena melemahnya isu agama usai Pemilu 2019. "Kalau sebelumnya kan Islam garis keras. Kalau sekarang mereka (purnawirawan) di depan, karena merasa bahwa isu keagamaan kan sudah mulai redup," katanya.
Bagi dia, keterlibatan para purnawirawan dalam gerakan kubu 02 terjadi karena mereka terjebak dalam ilusi kekuasaan. Para purnawirawan yang mendeklarasikan diri akan ikut serta dalam aksi massa 22 Mei, dinilai terjebak dalam narasi yang digaungkan Prabowo-Sandi mengenai keadaan genting negara, sehingga terprovokasi melakukan aksi massa.
"Saya mengibaratkan para purnawirawan itu hanya ilusi kekuasaan saja. Mereka itu mengatakan negara dalam keadaan stagnan, padahal pembangunan itu ada. Itu kan sebenarnya ilusi kekuasaan," kata Murad.
Namun bagi dia, keterlibatan para purnawirawan ini tak akan berpengaruh signifikan terhadap keadaan politik yang saat ini terjadi. Muradi memandang para purnawirawan ini tak memiliki energi yang cukup untuk mengubah keadaan.
Para purnawirawan yang akan ikut aksi massa 22 Mei tergabung dalam Front Kedaulatan Bangsa. Ketua Front Kedaulatan Bangsa Jenderal TNI (Purn) Tyasno Sudarto mengatakan, mereka tergerak untuk ikut berunjuk rasa karena menilai Pilpres 2019 dipenuhi kecurangan berkategori terstruktur, sistematis, masif, dan brutal.
Keputusan untuk turun ke jalan, dilakukan untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat yang dicurangi di Pilpres 2019.
"Kami disini 108 orang purnawirawan dari TNI-Polri akan turut serta turun ke jalan untuk rakyat," kata Tyasno Sudarto dalam konferensi pers di Hotel Gran Mahakam, Jakarta Selatan, Senin (20/5).