Jokowi bayangkan jika Jan Ethes dilaporkan ke Bawaslu
Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo mempertanyakan penyebutan cucunya Jan Ethes Srinarendra yang dilaporkan ke Bawaslu karena ikut berkampanye untuk kakeknya.
Polemik Jan Ethes yang disebut-sebut diikutkan dalam kampanye Pilpres 2019 tengah santer diperbincangkan, terutama oleh kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Katanya cucu saya mau dilaporkan Bawaslu, ya misalnya dilaporkan ke Bawaslu. 'Sudahlah Thes, sana, datang sana', nanti saya suruh datang cucu saya, paling nanti kalau ditanya cucu saya ngomongnya juga masih grutal-gratul (terbata-bata)," kata Jokowi dalam acara Forum Alumni Jawa Timur #01 di kawasan Tugu Pahlawan Surabaya, Sabtu (2/2).
Jokowi menyampaikan hal tersebut dalam deklarasi dukungan Forum Alumni Jawa Timur kepada capres nomor urut 01 Jokowi. Jokowi juga mendapat rompi dari bahan jins yang dicat lambang kota Surabaya hiu dan buaya di bagian depan dan tulisan "Cak Jokowi" di bagian belakang.
Sebelumnya, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga meminta Bawaslu mengusut pernyataan salah satu anggota tim sukses Jokowi, Andi Widjojanto, soal Jan Ethes.
BPN meminta Bawaslu untuk menginvestigasi alasan Andi menyebut Jan Ethes sebagai salah satu keunggulan Jokowi di Pilpres 2019. Sebab, BPN melihat dalam beberapa bulan terakhir Jan Ethes memang kerap dimunculkan bersama Jokowi untuk membentuk persepsi publik.
"Saya juga memiliki anak, masa saya main sama cucu saya tidak boleh? Masa saya main bombom car sama cucu saya tidak boleh? Masa saya jalan-jalan di kebun raya dengan cucu saya tidak boleh? Boleh kan? Masa saya tidak boleh foto-foto sama cucu saya? Boleh kan," tambah Jokowi.
Jokowi juga meminta agar pendukungnya menebarkan optimisme kepada masyarakat.
"Masalahnya ada tim sukses yang menyiapkan propaganda Rusia yang setiap saat mengeluarkan semburan-semburan dusta, semburan hoax ini yang segera harus diluruskan bapak, ibu sebagai intelektual," tegas Jokowi.
Propaganda Rusia yang dimaksud adalah teknik firehose of falsehood atau selang pemadam kebakaran atas kekeliruan yang dimunculkan oleh lembaga konsultasi politik Amerika Serikat Rand Corporation pada 2016.
Rand Corporation menganalisis mengenai cara berpolitik Donald Trump mirip metode Presiden Rusia Vladimir Putin di Krimea dan Georgia, yaitu mengunakan teknik kebohongan yang diproduksi secara masif dan simultan melalui media-media pemberitaan yang mereka miliki.
"Saya yakini arek Suroboyo wani (berani) mesti wani, pasti wani!" kata Jokowi yang dibalas massa pendukung dengan menyebut "Jokowi wani".
"Saya minta kita door to door dari desa ke desa, mana benar, mana yang yang tidak benar, jangan dibolak-balik," tegas Jokowi.
Pada akhir pernyataan, Jokowi menegaskan bahwa ia berani mengambil kebijakan untuk kepentingan nasional.
"Saya tidak pernah takut dengan apapun, jangan dipikir karena saya kurus saya tidak berani. Sekali lagi tidak ada rasa takut sedikitpun kalau saya ambil kebijakan untuk kebaikan bangsa, untuk kebaikan rakyat kita," kata Jokowi.
Acara tersebut juga dihadiri fungsionaris PDI Perjuangan Pramono Anung dan Eva Kusumasundari, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, komposer Addie MS, komedian Cak Lontong, musisi Andre Hehanusa serta ribuan pendukung lainnya termasuk alumni perguruan tinggi di Jawa Timur seperti Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, ITS dan perguruan tinggi lainnya.
Ini Jan Ethes yg pernah sebut @jokowi, kakeknya, sbg “Artis” ya? Tapi bgmn kalau ini jadi legitimasi pelibatan anak2 dlm kampanye? Bgmn @bawaslu_RI masih bisa berlaku adil kah? https://t.co/g4BXbCTM9P
— Hidayat Nur Wahid (@hnurwahid) January 26, 2019
Serangan balasan
Sementara itu, Jokowi menyindir lawan politiknya yang pernah membandingkan perekonomian Indonesia setaraf dengan Haiti yang disebut lawannya sebagai salah satu negara termiskin.
"Jadi jangan dibandingkan negara kita yang sudah masuk G20 dimasukkan dengan negara Haiti. Ya kan? Negara Haiti hyaah bagaimana kalau ekonom atau orang yang ngerti ekonomi makro, ngomong ya senyum-senyum, membandingkan bukan apple to apple seperti itu," kata Joko Widodo (Jokowi) saat berpidato dalam acara Temu Silaturahmi Paguyuban Pengusaha Jawa Tengah dengan Calon Presiden RI Periode 2019-2024 di MG Setos, Semarang, pada hari yang sama.
Ia menegaskan bahwa Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk yang juga besar.
Jokowi mengatakan sebagai sebuah negara besar tidak mungkin semuanya dikerjakan jika tidak bersama-sama.
Oleh sebab itu, dari perjalanan yang diakuinya telah dilakukan ke semua provinsi dimana 80% kabupaten/kota sudah didatanginya, Jokowi berkesimpulan bahwa bangsa ini harus fokus bekerja.
"Tidak mungkin kita ada anggaran yang tidak banyak kemudian kita ecer-ecer, semua dikerjakan akhirnya apa? Enggak jadi barang apa-apa sehingga saya putuskan kita konsentrasi saja di satu saja, yaitu infrastruktur, baik itu jalan, pembangkit listrik, jalur kereta api, jalan tol, pelabuhan, airport," katanya.
Ia pun memutuskan pemerintahannya untuk berkonsentrasi pada infrastruktur sehingga mudah mengontrol, mengecek, dan mengawasinya.
"Kalau semua kita ecer-ecer begini, kita sudah bertahun-tahun ngecer-ngecer anggaran, hasilnya apa? Baunya aja enggak keliatan. Sehingga mesti ada tahapan besar. Karena negara kita negara besar," katanya.
Jokowi menambahkan masyarakat harus diajak untuk berpikir optimistis menatap masa depan.
"Ini negara kita yang harus mulai kita ajak masyarakat untuk optimis menatap masa depan. Karena kita memiliki harapan besar untuk menjadi ekonomi terkuat, empat besar ekonomi terkuat dunia," katanya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga menyindir, jika ada yang bilang Indonesia akan bubar atau punah disarankan agar jangan mengajak rakyat Indonesia.
"Bubar sendiri saja, punah sendiri saja, tapi jangan ajak-ajak kita rakyat Indonesia," kata dia.
Ia menegaskan, negara Indonesia sebagai negara yang besar sehingga harus dibangun dengan optimisme yang terus-menerus.
Hal itulah kata Jokowi, yang menjadi semangat wirausaha dan pelaku usaha di Indonesia sebagai penggerak perekonomian di Tanah Air.
"Bagaimana kita ini sebagai negara besar kalau mengiringi masyarakat dengan pesimisme seperti itu," katanya.
Menurut dia, sesulit apapun keadaan Indonesia harus optimistis dalam segala hal.
Ia menambahkan, Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk 260 juta jiwa, yang 190 juta jiwa di antaranya ada di Pulau Jawa dan sisanya tersebar di 17.000 di Indonesia.
Jokowi menegaskan, mengelola Indonesia tidak gampang atau tidak seperti mengelola sebuah negara yang hanya satu daratan saja.
"Ini 17.000 pulau yang semua harus diurus infrastrukturnya, di-manage logistiknya, sehingga semuanya bisa berjalan dengan baik," katanya.
Ia menekankan, sebagai sebuah negara besar maka tantangan juga besar.
"Jangan sampai ada yang mengatakan negara kita negara miskin, kita sudah masuk ke G20, masuk ke negara dengan PDB US$1 triliun," katanya.
Hal itulah yang mendorong Jokowi agar masyarakat tidak pesimistis melainkan selalu optimistis.
"Jangan sampai kita pesimistis, (kalau) ada yang ngomong Indonesia bubar, Indonesia bubar, yang benar saja," katanya.
Pada kesempatan itu hadir sekitar 1.500 pengusaha dari mulai pengusaha muda, start up, pengusaha milenial, hingga pengusaha senior di wilayah Jateng.
Hadir mendampingi Jokowi politisi PDIP Pramono Anung, Pendiri dan Ketua Dewan Pembina Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) Jokowi-Ma'ruf, Bahlil Lahadalia, Wakil Ketua TKN Abdul Kadir Karding, Ketua DPC PDIP Kota Semarang Hendrar Prihadi, dan CEO Suara Merdeka Kukrit Suryo Wicaksono. (Ant).