Perolehan suara hasil hitung cepat menunjukkan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin masih kalah oleh Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno di Provinsi Banten. Padahal, Ma’ruf merupakan sosok ulama Nahdlatul Ulama dan putra daerah.
Berdasarkan hitung cepat beberapa hasil lembaga survei Jokowi-Ma’ruf hanya memperoleh suara rata-rata 36% dan Prabowo-Sandi 62% di Provinsi Banten.
Menanggapi hal ini, Ma’ruf mengatakan, kekalahan dirinya di Banten disebabkan dua faktor. Pertama, suburnya gerakan radikal di Banten. Kedua, kurang masifnya kader Nahdlatul Ulama di Banten.
"Radikalisme jangan sampai mendominasi masyarakat Banten, itu yang harus kita bersihkan dan NU Banten. Saya kira lambat start, saya kira harus dilakukan konsolidasi," kata Ma'ruf saat menghadiri silaturahmi bersama keluarga besar NU di Banten, Sabtu (27/4).
Ma'ruf mengungkapkan, keanehannya terhadap masyarakat Banten yang enggan mendukung putra daerah. Padahal, baru kali ini orang Banten maju sebagai wakil presiden.
"Yang diajak saya orang Banten. Selama ini orang Banten belum pernah yang jadi wakil presiden kok enggak didukung. Aneh. Orang Banten enggak paham-paham. Kata orang Serang gagal paham dan mungkin cara radikal yang dominan (di Banten)," katanya.
Ma'ruf pun sempat menyinggung tim pemenangan pasangan nomor urut 02 Prabowo-Sandi yang gencar mengampanyekan gerakan massa atau people power jika kalah pada Pemilu 2019.
"Kita sudah punya kesepakatan memilih pemimpin itu melalui pemilu, kalau ada masalah ke KPU dan Bawaslu, kalau tidak bisa selesai ke MK (Mahkamah Konstitusi). Kenapa harus people power? Kan salurannya sudah dibuka kecuali salurannya ditutup," katanya.