Direktur Kampanye Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Sugiono, mengatakan kampanye akbar yang dilakukan paslon 02 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada Minggu (7/4) bertujuan untuk membungkam lembaga survei yang kerap memenangkan paslon nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Sugiono mengatakan, banyaknya massa yang hadir di SUGBK kemarin menunjukkan bahwa paslon nomor urut 02 lebih banyak didukung masyarakat ketimbang paslon 01. Itu terlihat dari jumlah massa yang datang begitu banyak hingga stadion yang berdiri pada 1962 itu penuh sesak tak hanya di bangku stadion, tetapi juga di lapangannya.
“Jadi di SUGBK kemarin adalah upaya untuk menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat juga tidak percaya terhadap lembaga survei yang memenangkan 01. Ini bentuk perlawanan terhadap lembaga survei,” kata Sugiono saat ditemui Alinea.id di Jakarta pada Rabu, (10/4).
Sugiono mengklaim selama Prabowo-Sandi melakukan kampanye ke beberapa daerah, animo masyarakat terbilang sangat tinggi. Karena itu, pihaknya tak percaya dengan hasil survei yang selalu memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf.
“Itu tadi yang saya sampaikan dimana mana. Sepanjang rute perjalanan beliau dalam kaitannya kampanye terbuka dan sebelumnya selalu mendapatkan animo yang besar. Di bebarapa tempat juga ada acara yang kami sebut Prabowo menyapa dan di situ masyarakat menyampaikan aspirasi,” ujar Sugiono.
Menanggapi kampanye akbar yang dilakukan masing-masing kandidat, Direktur Ekstekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, mengatakan kampanye akbar tak bisa dijadikan parameter untuk menilai siapa yang lebih unggul. Pasalnya, massa yang datang di kampanye terbuka hanya sebagian kecil dari total konstituen.
Ia pun mengatakan, dari survei yang dilakukan pihaknya, kampanye akbar tak bisa signifikan mengerek elektabilitas. Sebab, masyarakat lebih suka didatangi dan berinteraksi langsung terhadap pasangan calon ketimbang dimobilisasi untuk datang pada kampanye akbar.
"Dari survei kami sekitar 36,7% itu lebih senang tatap muka langsung dengan kandidat dan rapat akbar itu hanya 13,9%," kata Pangi.
Menurut Pangi, kampanye akbar tak lebih dari soal gengsi antara masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk menunjukan kekuatannya terhadap lawannya, sehingga seolah terlihat lebih garang.