Kompetisi Pilwalkot Tangerang 2024 potensial diramaikan tokoh-tokoh dan politikus dari kalangan anak muda. Sejumlah nama tokoh muda yang masuk dalam bursa kandidat, semisal Ketua Asosiasi Kota PSSI Tangerang Selatan Erlangga Yudha Nugraha dan pengusaha yang aktif di Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Titi Khoiriah.
Erlangga sudah menyatakan kesiapannya maju di Pilwalkot Tangerang dan mulai bermanuver untuk mendapatkan tiket maju dari parpol. Ia dilaporkan sudah melobi sejumlah parpol, termasuk di antaranya Golkar dan Partai Demokrat.
"Kami kaum muda juga bisa bekerja. Saya mau mencalonkan diri sebagai Wali Kota Tangerang agar kaum muda bisa berpartisipasi membangun tanah kelahirannya," kata Angga sapaan akrab Erlangga kepada wartawan, Jumat (19/4) lalu.
Adapun Titi Khoirah diisukan bakal meramaikan bursa kandidat setelah banner kampanye digitalnya beredar di sejumlah platform media sosial, Maret lalu. Perempuan yang saat ini menjabat sebagai komisaris independen Bank Banten itu baru berusia 39 tahun.
Analis politik dari Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) Ahmad Chumaedy menilai pertarungan politik di pentas Pilwalkot Tangerang bakal berlangsung sengit. Jika dibandingkan nama-nama lain, mantan Wakil Wali Kota Tangerang Sachrudin sejauh ini masih unggul.
"Satu nama yang sudah beredar dan mengklaim dirinya dapet rekomendasi dari DPP partai, yaitu H. Sachrudin selaku Ketua DPD Golkar Kota Tangerang dan mantan Wakil Wali Kota Tangerang. Selebihnya masih wait and see dari DPP partai masing-masing," kata pria yang akrab disapa Memed itu kepada Alinea.id, Selasa (23/4).
Sachrudin sudah dua periode mendampingi Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah. Sejak 1996, Sachrudin sudah aktif jadi birokrat di lingkungan Pemkot Tangerang. Ia pernah jadi lurah di Cipondoh Indah dan camat Cipondoh.
Selain Sachrudin, bursa kandidat masih sangat dinamis. Di luar tokoh nonparpol, Memed merinci sejumlah nama politikus, semisal Jazuli Abdillah dari Partai Demokrat, Andre S Permana dari PDI-Perjuangan, Hilmi Fuad dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Ahmad Fuady dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
"Nama-nama-ini punya peluang diusung atas nama parpol, tinggal bagaimana penetrasi akhir dalam bangunan koalisi yang ada. Adapun nama-nama yang lain saya lihat hanya butuh tumpangan kendaraan saja. Rezim parpol menginginkan kader potensialnya yang mengisi kursi eksekutif itu," ucap Memed.
Sebagaimana bursa kandidat, menurut Memed, peta koalisi juga masih sangat dinamis. Ada peluang Golkar sebagai pemenang Pileg 2024 di Tangerang menjalin koalisi dengan parpol-parpol pendukung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024. Namun, tak tertutup kemungkinan Golkar menggandeng PDI-P.
Lebih jauh, Memed mengatakan setiap kandidat yang akan bertarung di Pilwalkot Tangerang 2024 harus bisa meramu solusi untuk persoalan-persoalan yang masih menjadi rapor merah Kota Tangerang, yakni kemiskinan, pengangguran, banjir, dan pengelolaan sampah.
"Semua pekerjaan rumah yang belum tentu satu atau dua periode terselesaikan. Makanya, butuh kepemimpinan kolektif yang mahir mengelola sumber dari APBD untuk kesejahteraan. Problem semua kota sama saja. Tinggal bagaimana kebijakan pemkot itu bisa memberikan nilai lebih untuk kesejahteraan masyarakat," ucap Memed.
Berbasis hasil Pileg 2024, ada 10 parpol yang kadernya lolos ke DPRD Kota Tangerang. Dari total 50 kursi yang tersedia, Golkar jadi jawara dengan raihan 9 kursi, diekor PDI-P yang meraup 7 kursi. Baik Golkar maupun PDI-P harus berkoalisi untuk mengusung calon wali kota.
Analis politik Citra Institute, Yusak Farchan memperkirakan Golkar dan PDI-P akan saling berhadapan pada Pilwalkot Tangerang 2024. Masing-masing akan mengusung kader sendiri. Parpol-parpol lainnya relatif hanya sebagai "pelengkap" dalam koalisi yang akan terbangun nanti.
"Dua parpol peraih kursi terbanyak ini berpotensi menjadi poros politik utama dalam mengajukan pasangan calon wali kota dan wakilnya. Golkar 9 kursi dan PDI-P 7 kursi. Saya kira Pilkada Kota Tangerang ke depan akan berlangsung kompetitif," kata Yusak kepada Alinea.id, Selasa (23/4).
Dari sisi popularitas dan elektabilitas, Yusak menilai belum ada calon yang bisa dikatakan unggul telak, termasuk mantan Wakil Wali Lota Tangerang Sachrudin. Nama-nama yang beredar di ruang publik masih punya kesempatan besar untuk memenangi kontestasi.
"Belum ada figur dengan calon dominan dengan elektabilitas yang tinggi karena Tangerang ini kota yang kandidat-kandidatnya relatif punya tingkat popularitas masih rendah. Katakanlah elektabilitasnya masih di bawah 5%. Saya kira tidak sulit untuk mengejar ketertinggalan," ujar Yusak.