close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Sementara
icon caption
Sementara
Pemilu
Kamis, 21 Maret 2019 21:05

Libur sekolah sepanjang Ramadan dinilai belum diperlukan

Wacana libur sekolah saat Ramadan digulirkan cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno.
swipe

Wacana meliburkan sekolah saat Ramadan yang digulirkan calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno perlu dikaji. Menurut anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Ahmad Iman Syukri, wacana itu sekadar jargon kampanye. 

"Saya bilang soal libur Ramadan itu kan masih simbol atau jargon. Jadi, itu masih perlu dikaji. Karena ini menyangkut juga dengan hari libur yang lain," ujar Iman dalam sebuah diskusi di Restoran Ajag Ijig, Juanda, Jakarta Pusat, Kamis (21/3). 

Menurut Iman, ketimbang meliburkan anak sekolah saat Ramadan, sebaiknya Sandi fokus menelurkan program-program yang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan. Ia khawatir, jika direalisasikan, wacana tersebut hanya bakal memunculkan kecemburuan. 

"Ada banyak hari raya. Ada hari-hari keagamaan yang libur. Ada Isra Miraj, Isa Al Masih dan seterusnya. Misalnya saudara kita di Bali, mungkin belum tentu setuju dengan sistem ini," ujarnya. 

Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak mengklaim bahwa rencana libur sekolah saat Ramadan sebagai strategi kebudayaan. "Jadi ada mindset keliru ketika bicara kebudayaan, seolah dipersempit hanya sekitar tentang tari-tarian, tentang ada istiadat," kata dia. 

Selain itu, kata dia, program libur sekolah saat lebaran ini juga bisa menjadi simbol untuk menghiasi nuansa toleransi di Indonesia. Menurutnya, hampir setiap Ramadan, isu yang kerap mengemuka ialah sweeping rumah makan yang buka di siang hari. 

Pemerhati pendidikan Doni Koesoema A mengatakan seharusnya para kandidat menyoroti upaya-upaya menggalakkan toleransi. Pasalnya, pendidikan Indonesia cenderung mengelompokkan orang berdasarkan agama. 

"Padahal pengelompokkan itu sudah ada di pelajaran agama. Tapi, dalam kehidupan budaya sosial toleransi itu harusnya lebih luas, lebih ke dialog kehidupan," kata dia. 

Menurutnya, akan lebih baik jikan pendidikan diarahkan mengembangkan spiritualitas yang bisa mempersatukan siswa. "Spiritualitas yang benar yang tidak terbatasi oleh kotak-kotak agama tapi, justru kemudian mengarahkan anak-anak itu berjumpa sesama anak bangsa yang berbeda," ujarnya. 
 

img
Rakhmad Hidayatulloh Permana
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan