Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengungkapkan, ada tiga pemilih loyal yang akhirnya membuat pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin, menang versi quick count dalam pemilihan umum atau Pemilu 2019.
“Ada tiga pemilih loyal yang membuat Jokowi paten bertarung. Ketiga elemen pemilih ini antara lain di segmen pemilih non-Islam, wong cilik dan kaum Nahdliyin. Mereka ini yang menyumbang suara paling besar untuk Jokowi-Ma'ruf. Mereka yang membuat Jokowi-Ma'ruf unggul,” kata Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa di Jakarta pada Kamis (2/5).
Ardian menjelaskan, pihaknya telah merilis hitung cepat atau quick count untuk pemungutan suara presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2019, dengan data yang masuk sudah mencapai 100% atau 155.758.788 suara sah.
Dari proses penghitungan tersebut, menunjukkan hasil bahwa pasangan Jokowi-Ma'ruf mengungguli Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Paslon 01, Jokowi-Ma'ruf memperoleh suara sebesar 55,71% atau 87.773.220 suara. Sedangkan Prabowo-Sandi memperoleh 44,29% atau 68.986.566 suara.
“Nah, itu kan ada selisih 11,42% atau setara dengan 17 juta suara,” kata Ardian.
Ardian menjelaskan, Jokowi-Ma'ruf unggul dari Prabowo-Sandiaga Uno karena disebabkan beberapa faktor. Pertama, mayoritas publik puas terhadap kinerja Jokowi sebagai presiden. Berdasarkan hasil survei pada April 2019, ada sekitar 69,5% yang puas terhadap kinerja Jokowi. Sedangkan yang tak puas 25,6%.
Kedua, Jokowi punya sejumlah program populis yang dianggap sebagian besar masyarakat cukup sukses meringankan beban hidup sehari-hari. “Ada sejumlah program yang disukai, yakni Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Program Keluraga Harapan (PKH), infrastruktur dan dana desa," ujarnya.
Ketiga, masyarakat yang memilih golongan putih atau golput yang terbagi secara proporsional. Dengan demikian, membuat suara Jokowi-Ma'ruf tak begitu tergerus signifikan. Terakhir, figur dari Jokowi sendiri yang ternyata lebih disukai publik ketimbang Prabowo Subianto.
"Karena hampir semua aspek kepribadian Jokowi itu dinilai lebih unggul dibanding Prabowo. Soal kejujuran, pintar dan nasionalis bahkan religius, itu publik lebih memandang ke Jokowi," katanya.
Adapun survei quick count yang dilakukan pihaknya menggunakan metode multistage random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 2.000 tempat pemungutan suara (TPS) yang dipilih secara acak dan proporsional dengan batas galat 1%.