close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Calon presiden Prabowo Subianto (kiri), Ganjar Pranowo (tengah), dan Anies Baswedan (kanan) beradu gagasan di debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Ahad (7/1). /Foto Instagram @ganjar_pranowo
icon caption
Calon presiden Prabowo Subianto (kiri), Ganjar Pranowo (tengah), dan Anies Baswedan (kanan) beradu gagasan di debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Ahad (7/1). /Foto Instagram @ganjar_pranowo
Pemilu
Rabu, 17 Januari 2024 12:00

Skenario peta koalisi Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin

Elite-elite parpol kedua kubu menyatakan pintu kerja sama politik di putaran kedua Pilpres 2024 terbuka lebar.
swipe

Peluang kerja sama politik antara koalisi parpol pengusung pasangan nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD (Ganjar-Mahfud) dan pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) kembali mengemuka. Punya "musuh" yang sama, tak tertutup kemungkinan kedua pasangan itu bersama parpol-parpol pengusungnya berkongsi di putaran kedua Pilpres 2024. 

"Peluang koalisi 1 dan 3 terbuka, tetapi sekarang sedang fokus untuk menang keduanya. Jadi, 1 dan 3 yang maju ke putaran kedua. Sekarang ini ada pembicaraan, tetapi lebih pada pembicaraan agar pemilu luber dan jurdil karena banyak indikasi (kecurangan) dan laporan penggunaan aparat," Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani kepada Alinea.id, Selasa (16/1).

PKS merupakan salah satu parpol pengusung pasangan AMIN. Selain PKS, AMIN juga didukung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Nasdem. Di lain kubu, pasangan Ganjar-Mahfud diusung dua parpol penghuni parlemen, yakni PDI-Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). 

Mardani berkata kolaborasi parpol-parpol anggota koalisi AMIN dan Ganjar-Mahfud terbuka lebar pada putaran kedua. Ia tak mempersoalkan jika harus bekerja sama dengan PDI-P yang dianggap punya perbedaan ideologi yang kontras dengan PKS. 

"Ideologi PKS dengan PDI-P tidak banyak beda jauh. PKS Islam, PDI-P Pancasila. Dalam Pancasila rohnya itu Islam. Kalau selama ini, yang suka jauh itu, menurut saya, PKS dan PKB. Keduanya seperti minyak dan air. Tetapi, ternyata bisa juga bekerja sama. Jadi, sama saja. Justru kita harus membangun komunikasi dengan para pihak," ucap Mardani. 

Kongsi antara koalisi Ganjar-Mahfud dan pasangan AMIN sempat mengemuka beberapa bulan lalu. Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto sempat turut menggaungkan peluang tersebut. Namun, wacana koalisi meredup setelah mendapat penolakan dari elite-elite politik Partai NasDem. 

Kepada Alinea.id, Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Hermawi Taslim menyatakan koalisi antara parpol pengusung AMIN dan Ganjar-Mahfud memungkinkan. Namun, ia mengakui peluang untuk berkoalisi dengan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) juga terbuka. 

"Kalau ternyata dua putaran, kita siap berkomunikasi dengan lebih efektif, baik kepada paslon 02 maupun paslon 03. Politik itu pada hakekatnya harus cair dan komunikasi harus terus dibangun. Namun, sekali lagi kami sekarang fokus menghadapi (pencoblosan) 14 Februari," ucap Hermawi. 

Sejumlah analis sebelumnya menilai koalisi antara NasDem dan PDI-P tak mungkin terjadi lantaran relasi antara Ketum NasDem Surya Paloh dan Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputri tidak harmonis. Hermawi membantah anggapan itu. 

"Relasi antara Bu Mega dan Pak Surya Paloh sampai sekarang baik-baik saja. Tetapi, sekali lagi, sekarang ini kami fokus menghadapi momentum pencoblosan pada 14 Februari dulu," kata Hermawi.

Skenario koalisi

Analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Zaki Mubarak menilai ada dua narasi yang digaungkan para elite politik dalam wacana koalisi AMIN dan Ganjar-Mahfud. Pada  optimistis, koalisi dinarasikan dengan dalih tak ada yang mustahil di dunia politik. 

"Adanya kesamaan kepentingan, yakni mengalahkan musuh bersama (Prabowo-Gibran) yang didukung Jokowi dianggap sebagai perekat utama terbentuknya koalisi asal bukan Prabowo," ucap Zaki kepada Alinea.id, Selasa (16/1).

Adapun pada kelompok pesimistis, wacana koalisi dikerdilkan dengan narasi hubungan Surya Paloh dan Megawati yang tak baik-baik saja dan perbedaan ideologi antara PKS dan PDI-P yang terlampau lebar. Dua faktor itu digaungkan sebagai pengganjal upaya merealisasikan kongsi politik di putaran kedua. 

"Di level akar rumput, jarak ideologis antara pendukung PDI-P dengan PKS yang mengusung Anies terlalu lebar, sulit dijembatani. Yang satu (PDI-P) platformnya nasionalis radikal, sedangkan yang lainnya (PKS) adalah islamis pengusung syariat. Sulit dibayangkan mereka berjumpa. Jika koalisi Anies-Cak Imin minus PKS, masih memungkinkan ketemu," ucap Zaki.

Jika terealisasi, menurut Zaki, peta koalisi juga bakal dipengaruhi siapa pemegang tiket putaran kedua Pilpres 2024 di antara pasangan AMIN dan Ganjar. Jika AMIN yang lolos, muncul kemungikan kader akar rumput PDI-P berbalik haluan mendukung Prabowo-Gibran atau golput. 

Megawati, lanjut Zaki, bakal bakal membebaskan parpol koalisi menentukan arah dukungan. "Sulit dibayangkan Mega turun ke lapangan berkampanye untuk kemenangan Anies- Muhaimin. Mau pakai teori apa pun, tampaknya muskil," ucap Zaki. 

Jika pasangan Ganjar-Mahfud yang lolos, maka kader-kader akar rumput PKS juga bakal sulit dikendalikan. Di lain sisi, sayap pragmatis NasDem akan condong ingin bergabung koalisi Prabowo-Gibran yang kemungkinan menangnya lebih besar. 

"Faksi Ahmad Ali NasDem ada di situ. Intinya, mereka akan gabung yang potensial menang. Surya Paloh memiliki kedekatan personal dengan Prabowo. Demikian pula PKS pernah dua kali mengusung Prabowo," jelas Zaki.

Ahmad Ali ialah Wakil Ketua NasDem. Beberapa pekan lalu, Ahmad Ali sempat terlibat perseteruan dengan co-captain Timnas AMIN, Sudirman Said. Ahmad Ali tak setuju manuver Sudirman yang membuka komunikasi politik dengan kubu Ganjar-Mahfud. 


 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan