close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo (kanan) mengobrol bersama Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (kiri). /Foto Instagram @ganjar_pranowo
icon caption
Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo (kanan) mengobrol bersama Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (kiri). /Foto Instagram @ganjar_pranowo
Pemilu
Rabu, 07 Februari 2024 16:32

Menakar tuah Ahok di pentas Pilpres 2024 

Ahok akan fokus memenangkan pasangan Ganjar-Mahfud di DKI Jakarta.
swipe

Beberapa jam sebelum debat terakhir Pilpres 2024 digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU), Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengumpulkan para pendukungnya di Rumah Aspirasi Relawan Ganjar Pranowo-Mahfud MD (Ganjar-Mahfud), Jakarta, Minggu (4/2). Bersama sekitar 2.000 pendukung Ahok alias Ahokers yang hadir, Ahok mendeklarasikan dukungannya terhadap pasangan Ganjar-Mahfud. 

”Di antara tiga pasang, bagi saya, yang terbaik menjadi presiden (dan wakil presiden) adalah Ganjar-Mahfud,” ujar Ahok di hadapan pendukungnya dan sejumlah petinggi Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud yang hadir dalam acara deklarasi itu. 

Ketika itu, Ahok mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna dominan biru-hitam. Kemeja kotak-kotak merupakan ciri khas pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Ahok saat mendaftar ke KPU DKI Jakarta sebagai pasangan bakal calon gubernur-wakil gubernur pada 2012. Kemeja model itu juga digunakan Ahok saat maju bersama Djarot Saiful Hidayat dalam Pilgub DKI 2017.

Namun, pada Pilgub 2017, pasangan Ahok-Djarot kalah dari pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno (Anies-Sandi).  Hasil rekapitulasi KPU menunjukkan Ahok-Djarot hanya meraup sekitar 42,02% dari total suara sah yang masuk. Jika dikonversi, pasangan Ahok-Djarot dipilih sekitar 2,3 juta penduduk Jakarta.  

Ahok meminta dukungan penuh dan kerja keras Ahokers untuk memenangkan Ganjar-Mahfud. "Saya pun yang bernama Ahok. Kalau tidak berdiri atas kebenaran, keadilan, kejujuran, dan perikemanusiaan, tidak patut disebut Ahokers," ujar dia.

Ketua Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Presiden (TKRPP) Ganjar-Mahfud, Ahmad Basarah mengapresiasi dukungan  Ahok dan Ahokers di menit-menit akhir jelang pencoblosan. Menurut dia, kehadiran Ahokers bisa mendongkrak elektabilitas Ganjar-Mahfud. 

"Untuk Ahokers, saya ingin sampaikan, 'Tenang, tenang, Pak Ahok sudah di sini.' Pak Ahok ini taat aturan dan berani mundur dari jabatannya demi mendukung Ganjar-Mahfud,” kata Basarah.

Ahok sebenarnya sudah menyatakan dukungan terhadap Ganjar sejak Oktober lalu. Ahok tak mau aktif berkampanye lantaran masih memegang jabatan sebagai Komisaris Utama (Komut) Pertamina. Pekan lalu, Ahok memutuskan mundur dari jabatan di Pertamina supaya bisa aktif mempromosikan Ganjar-Mahfud. 

Meski tak lagi aktif berpolitik, Ahok masih sangat populer dan punya banyak pendukung. Survei Indikator Politik Indonesia pada Februari-Maret 2023, misalnya, menunjukkan Ahok sebagai kandidat yang paling kuat untuk jadi Gubernur DKI, yakni di kisaran 12%. Ahok jauh mengungguli Ridwan Kamil yang elektabilitasnya sebesar 7%. 

Peneliti Charta Politika Indonesia Ardha Ranadireksa mengatakan kehadiran Ahok bakal punya beragam dampak positif bagi Ganjar-Mahfud. Pertama, Ahok bisa menguatkan citra Ganjar-Mahfud sebagai pasangan yang paling berintegritas. Semasa jadi Gubernur DKI dan Komut Pertamina, Ahok dikenal sebagai sosok yang enggak "neko-neko." 

"Di sini, ada Mahfud yang dikenal sebagai sebagai pendekar hukum. Kemudian Ganjar yang salah satu tindakan terkenalnya ketika dia awal jadi gubernur melakukan sidak di Jembatan Timur, Jawa Tengah, untuk memberantas pungli. Itu (citra) dikuatkan ketika ada sosok yang dikenal memiliki integritas tinggi bergabung," kata Ardha kepada Alinea.id di Jakarta, Selasa (6/2) lalu. 

Kedua, terkait elektabilitas. Meski tak signifikan, Ahok bisa mendongkrak tingkat keterpilihan Ganjar-Mahfud di kalangan minoritas dan warga ibu kota. Menurut Ardha, Ahok punya basis massa yang cukup kuat di Jakarta Utara dan Jakarta Barat yang dihuni banyak kaum minoritas. 

"Kuat secara jumlah, dan sosial. Di sana, (Jakarta Utara dan Jakarta Barat), lebih banyak titik-titik kalangan minoritas, sementara untuk di timur dan selatan itu lebih kuat kalangan agama yang mayoritas yang memang ketika (Pilgub) 2017 dimainkan sehingga lebih banyak tak memilih Ahok," jelas Ardha. 

 

Menggembosi basis Anies dan Prabowo 

Selain merepresentasikan kelompok minoritas, Ahok juga masih merawat Ahokers. Dengan dukungan Ahokers, menurut Ardha, Ahok potensial menggembosi basis-basis suara pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) di ibu kota. 

"Ahok akan mencoba menarik tidak hanya pemilih Anies tentunya. Di basis-basis pemilih yang dia miliki dan kuasai saat (Pilgub DKI) 2017, pastinya juga ada dari basis massa yang memiliki kanal ke Prabowo. Mungkin itu akan coba ditarik di situ," kata Ardha. 

Sejumlah survei menunjukkan pasangan AMIN dan Prabowo-Gibran bersaing ketat sebagai penguasa DKI. Survei Indikator Politik yang dilakoni pada 30 Desember 2023 hingga 6 Januari 2024, misalnya, menunjukkan pasangan AMIN bertengger di posisi pertama dengan raihan elektabilitas sebesar 38,2%. Pasangan Prabowo-Gibran mengantongi 36,9%, sedangkan Ganjar-Mahfud hanya meraih 20,7%. 

Meski hanya dihuni sekitar 8,2 juta pemilih, menurut Ardha, pertarungan elektoral di ibu kota tidak bisa dianggap remeh. Pasalnya, Jakarta kerap dianggap barometer politik nasional. "Artinya, ada kesan seolah-olah ketika kita menguasai Jakarta, kita menguasai nasional secara keseluruhan," kata dia. 

Analis politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati menilai kehadiran Ahok bakal berdampak positif bagi tim kampanye Ganjar-Mahfud. Namun, ia tak yakin Ahok bisa memberikan suntikan elektoral yang besar bagi pasangan tersebut. 

"Saya pikir pemilih saat ini sudah tersegmentasi dan terlokasir dukungannya ke tiap paslon. Ahok tentu masih punya massa pemilih yang merupakan pendukungnya di Pilgub DKI 2017," kata Wasisto kepada Alinea.id

Meskipun jumlah pemilihnya tak terlalu besar, Wasisto menyebut perebutan suara di DKI cukup penting. "Suara pemilih DKI tentu sangat strategis, namun itu perlu diimbangi dengan dominasi pemilih di provinsi-provinsi di Pulau Jawa lainnya," jelas Wasisto. 


 

img
Valesca Saputra
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan