close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Warga melintasi jembatan penyeberangan orang (JPO) yang terdapat alat peraga kampanye (APK) di Jakarta Selatan, Selasa (26/2). Foto Antara
icon caption
Warga melintasi jembatan penyeberangan orang (JPO) yang terdapat alat peraga kampanye (APK) di Jakarta Selatan, Selasa (26/2). Foto Antara
Pemilu
Jumat, 08 Maret 2019 18:09

Menggoyang kursi petahana di dapil neraka DKI II

Di dapil ini, caleg pendatang baru bakal menantang para petahana semisal Hidayat Nur Wahid, Eriko Sotarduga dan Biem Benyamin.
swipe

Tak seperti fotonya yang ramai terpampang di sejumlah billboard dan spanduk di berbagai pelosok Jakarta, sosok calon anggota legislatif DPR RI Davin Kirana jarang 'nongol' di ibu kota. Dari sejumlah unggahan di Instagram pribadinya @davinkirana, putra pendiri Lion Air Rusdi Kirana itu terlihat lebih banyak blusukan di Malaysia. 

Davin hanya sesekali mengunjungi konstituen di Jakarta. Pada pertengahan Februari lalu misalnya, Davin sempat pulang untuk meresmikan Rumah Sahabat Davin di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Namun demikian, Davin masih irit bicara ke media. 

Ketua Sahabat Davin, Widhilima mengakui bahwa Davin memang tergolong orang baru di dunia politik. Karena itu, pihaknya memilih iklan di billboard dan spanduk sebagai upaya menggenjot popularitas caleg yang baru berusia 22 tahun itu.   

"Dia lama di luar negeri. Besar juga di luar. Kita mau ngenalin dulu nih, tapi kan waktu sudah mepet, ya udah kita pakai bilboard saja supaya orang tahu dulu," ujarnya saat berbicang dengan Alinea.id di sela-sela peluncuran Rumah Sahabat Davin. 

Davin tercatat sebagai caleg DPR RI dari NasDem untuk dapil DKI Jakarta II yang mencakup wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Pusat dan luar negeri. Di dapil yang tergolong neraka itu, Davin harus berkompetisi dengan sejumlah petahana, semisal anggota DPR RI Hidayat Nur Wahid (PKS), Biem Benjamin (Gerindra), Eriko Sotarduga, Masinton Pasaribu (PDI-Perjuangan) dan rekan sesama partai Okky Asokawati. 

Caleg-caleg yang berpeluang besar lolos ke Senayan dari dapil DKI Jakarta II.

Meskipun lebih aktif berkampanye di luar negeri, Widhilima mengatakan, Davin juga bakal turun langsung menyapa konstituen di Jakarta.  Rencananya Davin bakal menggelar sejumlah ajang tatap muka dengan warga elite Jakarta di kawasan Pondok Indah, Kemang, Antasari, Menteng, Cikini dan Senen. 

"Karena banyak tanda kutip anak gaul, ibaratnya tanda kutip lagi orang kaya. Fokusnya generasi milenial atau generasi Z, ya dan juga kita akan meningkatkan awareness, nyadarin (ada caleg namanya Davin), kita lebih ke situ sih," ujar dia. 

Ayah Davin, Rusdi Kirana, saat ini tercatat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Malaysia. Namun demikian, pilihan Davin untuk lebih aktif blusukan di Negeri Jiran sebenarnya tak sekadar aji mumpung. Pasalnya, mayoritas warga negara Indonesia pemegang hak pilih untuk dapil luar negeri saat ini berada di Malaysia. 

Berdasarkan data daftar pemilih tetap (DPT) yang dirilis KPU, terdapat 2.058.191 pemilih luar negeri yang akan menggunakan suaranya di Pemilu 2019. Mayoritas pemilih tercatat di KBRI Kuala Lumpur dengan jumlah 558.873 orang. 

Dengan kuota 7 kursi DPR RI di dapil DKI II, Davin berpeluang melenggang ke Senayan jika sukses mengantongi mayoritas suara dari dapil luar negeri. Tak heran jika dalam visi misinya, Davin menjanjikan perbaikan kesejahteraan bagi tenaga kerja Indonesia di luar negeri. 

Tak seperti fotonya yang ramai terpampang di sejumlah billboard dan spanduk di berbagai pelosok Jakarta, sosok calon anggota legislatif DPR RI Davin Kirana jarang 'nongol' di ibu kota. Dari sejumlah unggahan di Instagram pribadinya @davinkirana, putra pendiri Lion Air Rusdi Kirana itu terlihat lebih banyak blusukan di Malaysia. 

Davin hanya sesekali mengunjungi konstituen di Jakarta. Pada pertengahan Februari lalu misalnya, Davin sempat pulang untuk meresmikan Rumah Sahabat Davin di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Namun demikian, Davin masih irit bicara ke media. 

Ketua Sahabat Davin, Widhilima mengakui bahwa Davin memang tergolong orang baru di dunia politik. Karena itu, pihaknya memilih iklan di billboard dan spanduk sebagai upaya menggenjot popularitas caleg yang baru berusia 22 tahun itu.   

"Dia lama di luar negeri. Besar juga di luar. Kita mau ngenalin dulu nih, tapi kan waktu sudah mepet, ya udah kita pakai bilboard saja supaya orang tahu dulu," ujarnya saat berbicang dengan Alinea.id di sela-sela peluncuran Rumah Sahabat Davin. 

Davin tercatat sebagai caleg DPR RI dari NasDem untuk dapil DKI Jakarta II yang mencakup wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Pusat dan luar negeri. Di dapil yang tergolong neraka itu, Davin harus berkompetisi dengan sejumlah petahana, semisal anggota DPR RI Hidayat Nur Wahid (PKS), Biem Benjamin (Gerindra), Eriko Sotarduga, Masinton Pasaribu (PDI-Perjuangan) dan rekan sesama partai Okky Asokawati. 

Caleg-caleg yang berpeluang besar lolos ke Senayan dari dapil DKI Jakarta II.

Meskipun lebih aktif berkampanye di luar negeri, Widhilima mengatakan, Davin juga bakal turun langsung menyapa konstituen di Jakarta.  Rencananya Davin bakal menggelar sejumlah ajang tatap muka dengan warga elite Jakarta di kawasan Pondok Indah, Kemang, Antasari, Menteng, Cikini dan Senen. 

"Karena banyak tanda kutip anak gaul, ibaratnya tanda kutip lagi orang kaya. Fokusnya generasi milenial atau generasi Z, ya dan juga kita akan meningkatkan awareness, nyadarin (ada caleg namanya Davin), kita lebih ke situ sih," ujar dia. 

Ayah Davin, Rusdi Kirana, saat ini tercatat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Malaysia. Namun demikian, pilihan Davin untuk lebih aktif blusukan di Negeri Jiran sebenarnya tak sekadar aji mumpung. Pasalnya, mayoritas warga negara Indonesia pemegang hak pilih untuk dapil luar negeri saat ini berada di Malaysia. 

Berdasarkan data daftar pemilih tetap (DPT) yang dirilis KPU, terdapat 2.058.191 pemilih luar negeri yang akan menggunakan suaranya di Pemilu 2019. Mayoritas pemilih tercatat di KBRI Kuala Lumpur dengan jumlah 558.873 orang. 

Dengan kuota 7 kursi DPR RI di dapil DKI II, Davin berpeluang melenggang ke Senayan jika sukses mengantongi mayoritas suara dari dapil luar negeri. Tak heran jika dalam visi misinya, Davin menjanjikan perbaikan kesejahteraan bagi tenaga kerja Indonesia di luar negeri. 

Jualan nostalgia Orde Baru

Ditemui terpisah, caleg dari Partai Berkarya Vasco Rusaemy yang juga bertarung di dapil DKI II mengaku tak bakal mudah berkompetisi dengan para petahana untuk lolos ke Senayan. Apalagi, dompet Vasco untuk membiayai kampanye politik di Jakpus dan Jaksel tak setebal para petahana. 

"Mereka itu kadang menghitung. Pernah saya ditanya begini, 'Mas, yang kemarin ngasih sembako lho, kok mas cuma ngasih kaus doang?' Nah, itu hambatan juga kadang," ujarnya kepada Alinea.id, belum lama ini. 

Swasembada pangan era Orde Baru jadi salah satu jualan Partai Berkarya. Foto instagram @Berkaryaid

Kendati demikian, Vasco mengatakan tak mau menyerah begitu saja dengan keadaan. Berbaju Partai Berkarya, ia mengatakan, bakal fokus mengampanyekan 'nostalgia' era Orde Baru dan ketokohan Soeharto untuk menggaet suara para pemilih.  

"Jadi Pak Harto itu masih laku banget ketika saya turun di masyarakat. Masih ada orang yang menganggap pada masa Orde Baru kita bisa swasembada beras, sembako murah dan kehidupan lebih aman, dan Trilogi Pembangunan pada era Soeharto memang saya jadikan daya tarik juga untuk menggaet pemilih," katanya.

Vasco optimistis, jualannya bakal laris manis dan mengantarkannya ke Senayan dengan target raihan suara sebesar 150 ribu suara. "Sekarang kan orang tak hanya ingin ganti presiden, tapi ganti (anggota) parlemen juga," ujarnya.

Caleg Golkar Christina Aryani mengaku tak gentar meskipun harus bertarung dengan para petahana di dapil DKI II. Menurut dia, perebutan suara di internal bakal lebih menyita waktu ketimbang pertarungan dengan petahana dari parpol lainnya. 

"Jadi saya pertarungannya di internal, bagaimana saya bisa merebut suara basis suara Golkar. Jadi bagaimana suara itu agar lari ke saya bukan ke rekan Golkar yang lain," paparnya.

Ia mengaku telah memiliki sejumlah strategi untuk meraup suara, di antaranya dengan menawarkan program-program vokasional terkait pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan perlindungan buruh migran.

"Itu akan saya danai lewat dana reses saya, dan nanti kalau sudah masuk ke parlemen saya ingin membangun jaringan dengan para pengusaha untuk bisa menerima anak didik dari vokasional," ujarnya.

Suara pemilih di luar negeri juga tak dilupakan Christina. Ia mengatakan, sudah menyiapkan program-program khusus untuk para diaspora dan buruh migran. "Suara mereka signifikan lho, 2 juta dari (total) 4,2 juta suara di dapil Jakarta II," ujarnya. 

Fokus merebut suara pemilih luar negeri juga dilakukan oleh caleg PDI-P Zuhairi Misrawi. Meskipun tak bakal seaktif Davin blusukan di luar negeri, Zuhairi mengatakan, kepentingan-kepentingan WNI di luar negeri akan menjadi salah satu perhatian utamanya jika lolos ke parlemen nanti. 

"Saya akan memperjuangkan Undang-Undang Diaspora, termasuk juga meningkatkan perlindungan pekerja migran Indonesia. Selain itu, di Jakarta saya pakai strategi memaksimalkan medsos dan blusukan menyapa warga," ujar pria yang akrab disapa Gus Mis itu.

Tak mudah 

Peneliti Charta Politika, Muslimin mengatakan dapil II DKI Jakarta saat ini masih dikuasai PDI-P dan Gerindra. Menurut dia, dapil itu utamanya bakal jadi ajang pertarungan antara para petahana dari kedua partai besar itu. "Ada kecenderungan PDI-P dapat 2 (kursi), Gerindra 2 kursi. Bahkan Gerindra bisa 3 (kursi)," ujar dia.

Menurut hasil survei Charta Politika yang dirilis Februari lalu, di dapil DKI Jakarta II, caleg petahana dari PKS Hidayat Nur Wahid bercokol di posisi teratas dengan elektabilitas 7,1%, diikuti caleg PDI-P Eriko Sotarduga (7,0%) dan caleg Gerindra Biem Triani Benyamin (6,6%). 

Tercatat, hanya caleg muda Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany yang mampu menerobos jajaran 5 besar dengan elektabilitas sebesar 3,3%. Tsamara yang berada di posisi keempat dipepet ketat oleh caleg petahana dari PDI-P Masinton Pasaribu dengan elektabilitas 3,1%. 

Karena itu, Muslimin menerka, sulit bagi para caleg pendatang baru untuk bisa lolos ke Senayan dari dapil neraka itu. Pasalnya, dari sisi basis massa dan elektabilitas, para petahana cenderung sudah jauh lebih unggul karena telah 4 tahun lebih membangun citra diri. 

"Mereka sudah bekerja dan sudah mewakili dapilnya. Tetapi, kabar baiknya bahwa bagaimana pun sampai saat ini tingkat kepuasan publik terhadap kinerja anggota DPR, penilaian publik DKI terhadap parpol dan (parlemen) Senayan harus diakui sangat lemah," ujarnya.  

Namun demikian, para pendatang baru harus bekerja ekstra keras untuk bisa menggoyang petahana dari kursinya. Selain rajin turun ke masyarakat, para pendatang baru mesti memiliki program-program anyar yang unik dan berbeda dengan yang ditawarkan petahana. 

"Kelas menengah yang cenderung rasional berada di dapil ini. Dalam memilih mereka lazimnya menggunakan alasan-alasan logis, sehingga ada peluang bagi penantang baru. Tinggal bagaimana menunjukkan bahwa dia lebih layak dibandingkan petahana ataupun kompetitor lainnya," jelas Muslimin. 

Lebih jauh, Muslimin mengakui upaya menyasar suara pemilih dari luar negeri bisa efektif membuahkan kemenangan. Pasalnya, partisipasi politik pemilih luar negeri cenderung meningkat dari pemilu ke pemilu.   

"Selain itu, tidak banyak yang bertarung di luar negeri, padahal di situ juga punya peluang sangat tinggi. Tinggal bagaimana menyentuh 2 juta pemilih luar negeri karena tidak banyak yang menggarap itu," ujarnya. (Rhp)

img
Robi Ardianto
Reporter
img
Ayu mumpuni
Reporter
img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan