Direktur Eksekutif Migrant Care Wahyu Susilo mengusulkan agar daerah pemilihan (dapil) luar negeri dipisah. Saat ini dapil luar negeri masih tergabung di dapil DKI Jakarta II bersama Jakarta Pusat (Jakpus) dan Jakarta Selatan (Jaksel).
"Kami ingin agar ada alokasi kursi khusus untuk dapil luar negeri karena jumlah mereka besar. Ada 2 juta pemilih (dan angka) ini lebih besar dari dapil Bangka Belitung yang jumlahnya 600 ribu. Dinamikanya pun berbeda dengan Jakarta," kata Wahyu dalam sebuah diskusi di Cilandak, Jakarta, Rabu (27/3).
Wahyu mengatakan, persoalan buruh migran tak kunjung selesai karena tak pernah dijadikan prioritas oleh para legislator yang lolos dari dapil ini.
"Bayangkan dari 7 alokasi kursi di dapil ini hanya 1 orang yang konsisten memperjuangkan masalah buruh migran. Selama hampir 5 tahun ini mereka benar-benar tak memperjuangan masalah buruh migran. Saya tak akan sebut namanya," katanya.
Wahyu mengatakan, jika dapil luar negeri dipisah dari dapil DKI Jakarta II, akan banyak legislator yang serius memperhatikan masalah buruh migran dan diaspora. "Kalau dia maju dari dapil khusus luar negeri tentunya yang ia perjuangkan di DPR adalah masalah-masalah yang berkaitan masalah buruh migran dan diaspora. Tidak yang lain," katanya.
Pemisahan dapil luar negeri, menurut Wahyu, bakal memicu partisipasi politik kaum diaspora. "Mereka bisa menentukan wakilnya sendiri. Tentu itu akan meningkatkan partisipasi mereka," tuturnya.
Wacama itu diamini caleg Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany. Dari pengalamannya blusukan di dapil DKI Jakarta II, ia menemukan persoalan-persoalan yang dihadapi warga Ibu Kota berbeda dengan WNI yang tinggal di luar negeri.
"Kalau ke Jaksel dan Jakpus saya denger aduannya soal Kartu Jakarta Pintar. Terus soal BPJS dan lapangan pekerjaan. Tapi, ketika saya pergi ke luar negeri isunya adalah soal perlindungan pekerja migran, dwi kewarganegaraan. Jadi isunya berbeda sekali dan butuh perwakilan khusus," katanya.
Menurut Tsamara, jika dapil luar negeri dijadikan segmen tersendiri, maka bakal banyak caleg yang maju dari kalangan diaspora atau buruh migran.
"Mereka adalah pekerja migran, mereka punya jaringan di sana. Mereka paham isu dan mereka bisa mewakili itu di DPR. Jadi, saya pikir ini sudah seharusnya dipisah," jelasnya.
Caleg Partai Hanura Arief Patramijaya mengatakan, politikus Senayan yang lolos dari dapil DKI Jakarta II namun tidak menyuarakan aspirasi buruh migran dan kaum diaspora hanya 'cari mati'. "Itu menandakan legislator itu minta diganti," katanya.