Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin menyerukan agar masyarakat tidak memilih golput dalam Pemilu 2019. Meskipun tidak ada fatwa yang mengharamkan golput, menurut Din, golput bisa menurunkan kualitas pemilu.
"Hanya bersifat anjuran, itu bukan sesuatu yang halal ataupun haram. Golput dalam pemilu itu merugikan," ujar Din usai rapat pleno ke-34 Wantim MUI di Kantor MUI, Jakarta, Rabu(30/1).
Fenomena golput kembali mengemuka setelah sejumlah mahasiswa mendeklarasikan pembentukan kelompok Saya Milenial Golput (SMG), pertengahan Januari lalu. Koordinator SMG Bagas Deny Saputra mengatakan, SMG bentuk kekecewaan terhadap kampanye politik tak sehat yang kerap dipertontokan kedua kubu, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Tak hanya kalangan mahasiswa saja. Sejumlah aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga mendeklarasikan bakal golput di Pemilu 201 di antaranya Institute for Criminal Justice Reform (ICJR), Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS), LBH Jakarta, Lokataru, Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI), dan Yayasan LBH Indonesia.
Menurut Din, memilih pemimpin merupakan tanggung jawab umat beragama dalam lingkup berbangsa dan bernegara. "Harus dilihat memilih dalam pemilu atau pilpres sebagai manifestasi tanggung jawab keagamaan,kebangsaan dan kenegaraan. Maka sebaiknya jangan golput," jelasnya.
Lebih lanjut, Din mengatakan golput adalah suatu tindakan yang merugikan para pemilih. Satu suara pun amat menentukan pembangunan Indonesia selanjutnya. "Kalau golput itu rugi dan merugikan," pungkasnya.
Potensi golput memang tergolong besar pada Pilpres 2019. Dalam survei yang dirilis awal Januari lalu, Indikator Politik Indonesia (IPI) mencatat jumlah golput mencapai 1,1% atau naik tipis dari survei serupa yang digelar pada Oktober 2018. Ketika itu, angka golput hanya 0,9%.
Namun demikian, menurut Direktur Eksekutif IPI Burhanuddin Muhtadi, jumlah golput bisa mencapai 20%. Pasalnya, angka swing voters dan undecided voters masih cukup tinggi, yakni 14% dan 9,2%. Golongan pemilih yang masih ragu itu diprediksi bakal turut menyumbang angka golput.