Sejumlah hasil survei menunjukkan kalau kemungkinan besar Pilpres 2024 bakal berlangsung dua putaran. Ini karena sekitar satu setengah bulan menjelang pemungutan suara, elektabilitas pasangan calon belum ada yang menyentuh 50% plus satu.
Tidak heran jika pakar komunikasi politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing mengatakan, jika peluang ketiga pasangan calon masih terbuka untuk maju ke putaran kedua. Sehingga, tidak ada yang lebih diuntungkan dalam proses ke putaran lanjut tersebut.
Terlebih hasil survei lembaga survei pada saat ini, belum bisa menjadi jaminan kalau itu akan berbanding lurus dengan pilihan masyarakat pada saat pencoblosan. Emrus berkaca pada survei di beberapa pemilihan sebelumnya. Misalnya, ketika Jokowi berhadapan dengan Fauzi Bowo d Pemilihan Gubrernur DKI Jakarta, beberapa tahun lalu. Saat itu, survei menunjukkan Fauzi Bowo berada di atas angin. Tetapi, Jokowi tetap menang dalam pemilihan tersebut. Itulah yang menjadi landasannya kalau hasil survei bisa tidak sesuai dengan kenyataan.
“Jadi, saya belum bisa melihat siapa yang paling diuntungkan jika pilpres berlangsung dua putaran,” katanya kepada Alinea.id, Selasa (2/1).
Terlebih terkadang hasil survei yang dikeluarkan lembaga survei, kerap berbeda di luar batas margin of error. Padahal seharusnya, perbedaan hasil tidak akan menjadi masalah jika masih berada pada batas margin of error.
Maka dari itu, ia mengingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya terhadap hasil survei. Sebab, hasil survei tidak bisa dijadikan pegangan untuk mengambil keputusan dalam Pemilu 2024.
"Supaya kita tidak digiring," ucapnya.
Ia berharap, publik bisa bersikap kritis terhadap hasil survei elektabilitas pasangan calon. Terlebih bila tidak dibuka sumber pendanaannya maka harus dipertanyakan hasil survei.
Selain itu, metodologi survei yang digunakan lembaga survei pun perlu didiskusikan lebih lanjut. Selain metodologi, pertanyaan survei pun berbunyi jika pemilu dilakukan hari ini.
"Jangan langsung terima hasil survei. Bongkar sumber pendanaan,” ujarnya.
Sementara pada hari ini (2/1), Puspoll Indonesia merilis hasil survei nasional tentang preferensi politik masyarakat menjelang Pemilu 2024. Di antaranya, memotret popularitas dan elektabitas pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2024.
Puspoll Indonesia melihat adanya dua pasangan calon yang bakal lolos pada putaran kedua Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Keduanya adalah Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud.
Direktur Eksekutif Puspoll Indonesia, Muslimin Tanja mengatakan, paslon nomor dua memiliki elektabilitas hingga 41%. Sementara paslon nomor tiga ada di angka 27,6%. Adapun pasangan nomor urut satu yakni, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar berada di posisi terakhir dengan elektabilitas sebesar 26,1%.
“Pada simulasi pasangan calon presiden dan wakil presiden, pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming menempati urutan teratas,” katanya dalam hasil survei, Selasa (2/1).
Keyakinan Muslimin terhadap dua putaran pilpres terlihat pada persentase elektabilitas tersebut. Tidak ada satupun calon yang mencapai ambang batas 50+1% untuk menang satu kali putaran.
Meski begitu, para paslon masih berpeluang menggaet suara lebih banyak karena adanya golongan undecided voters. Data elektabilitas tersebut masih menyisakan angka undecided voters sebanyak 5,3%.
“Artinya, Pemilu 2024 itu kemungkinan dilakukan dua putaran," ujarnya.
Survei ini dilakukan pada periode 11-18 Desember 2023 kepada 1.220 responden berusia 17 tahun atau memenuhi syarat sebagai pemilih. Survei menggunakan metode sampel acak bertingkat (multistage random sampling) pada responden yang tersebar di seluruh provinsi Indonesia.
Berdasarkan hasil crosstab suara pasangan calon berdasarkan wilayah Jawa yang menjadi wilayah pertempuran utama, di Jawa Barat Paslon Prabowo-Gibran menempati urutan pertama, lalu disusul oleh Paslon Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud.
Sementara itu, pasangan Ganjar-Mahfud yang menguasai daerah Jateng & DIY yang merupakan basis PDI-P, lalu disusul oleh Paslon Prabowo-Gibran dan Anies-Muhaimin. Sedangkan di Jawa Timur yang merupakan mayoritas Nahdiyin, Prabowo-Gibran masih unggul berada di urutan pertama, lalu diikuti oleh Paslon Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin.