Pengakuan Luhut Pandjaitan sulit bertemu Prabowo Subianto
Luhut Binsar Pandjaitan menuliskan kronologi betapa sulitnya dia bertemu dengan Prabowo Subianto usai Pilpres 2019.
Dalam akun facebook terverifikasi miliknya @luhutbinsar.pandjaitan menuliskan telah menelepon capres nomor urut 02 Prabowo Subianto. Keduanya berencana untuk makan siang pada Minggu (21/4).
"Tadinya kami mau makan di satu restoran di mana kami suka makan bersama, tapi kami tidak nyaman karena ada banyak awak media," kata Luhut.
Namun, hingga saat ini, pertemuan itu belum terwujud.
Berikut tulisan lengkap Luhut yang diunggah pada Selasa (23/4) pukul 16.30 WIB:
Apa betul saya diutus Presiden menemui Pak Prabowo? Pertanyaan jurnalis MetroTV dan media lain kemarin mungkin mewakili pertanyaan banyak orang. Maka kali ini saya tulis kembali jawaban saya sehingga dapat dibaca oleh publik termasuk Pak Prabowo sendiri.
Saya memang bicara per telepon dengan Pak Prabowo. Kami janjian makan siang jam 12 Hari Minggu lalu (21/4). Tadinya kami mau makan di satu restoran di mana kami suka makan bersama, tapi kami tidak nyaman karena ada banyak awak media. Kemudian kami setuju janjian makan di dekat hotel tempat Beliau berada pada jam 2 siang. Tapi saya lalu dikabari bahwa pertemuan ditunda ke jam 5 sore dan akhirnya saya mendapat berita melalui ajudannya ke ajudan saya bahwa Pak Probowo sedikit kurang sehat dan minta pertemuan untuk dijadwalkan ulang. Saya bilang tidak ada masalah. Itu hal yang biasa menurut saya.
Suasana obrolan kami via telepon juga baik-baik saja, bahkan gembira, ceria, dan tidak ada sama sekali beban. Itulah yang saya bisa tangkap dari tone suara Prabowo yang saya kenal. Persis situasi kalau kami makan berdua.
Sebagai teman, makan berdua adalah hal yang biasa bagi kami, tidak ada yang aneh dengan itu. Dan terus terang saya sebenarnya hanya ingin mengingatkan saja mengenai partriotisme Pak Prabowo, idealismenya sebagai prajurit, dan kecintaannya pada tanah air ini. Tentu Beliau tidak akan mau tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai seorang yang tidak mempromosikan demokrasi dengan bagus, atau seorang yang tidak menghargai konstitusi.
Justru sebaliknya, saya ingin Beliau menjadi bagian dari sejarah Indonesia, bahwa demokrasi dibangun juga dari leadershipnya.
Karena Pak Probowo yang saya kenal adalah seorang yang sangat konsisten dan betul-betul rasional dalam berpikir, yang juga penuh dengan idealisme, penuh dengan jiwa patriot, penuh dengan keinginan berbuat yang terbaik untuk negeri ini. Saya tidak yakin bahwa Pak Prabowo akan merusak demokrasi kita. Beliau bukan tipe orang seperti itu.
Justru kalau sudah bicara nasionalisme, bicara menyangkut masalah kepentingan nasional, demokrasi di Indonesia, Beliau pasti berpikir dengan jernih mana yang terbaik untuk Republik. Saya kira itulah Prabowo yang saya kenal selama bertahun-tahun ini.
Pertanyaan selanjutnya dari media adalah mengenai kapan saya akan bertemu lagi dengan Pak Prabowo.
Kami masih akan melihat jadwal masing-masing. Saya kebetulan sejak kemarin masih sibuk, bahkan malam ini saya ditugaskan untuk pergi menghadiri suatu pertemuan internasional. Pak Prabowo juga sibuk. Nanti, besok atau kapan tidak sibuk, saya akan telepon kembali. Toh tidak ada yang dikejar-kejar juga. Kalau memang sudah waktunya ketemu, kami pasti akan ketemu. Kalau belum, ya belum.
Kalaupun tidak ketemu, yang penting pesan saya sudah sampai kepada Beliau melalui media ini atau lainnya, mudah-mudahan dibaca.
Melalui tulisan ini saya juga ingin menitipkan pesan kepada para senior untuk tidak perlu memanas-manasi dengan memberikan informasi yang tidak jelas kepada Pak Prabowo. Biarkanlah Beliau mendapat informasi yang berimbang sehingga bisa membuat keputusan dengan input data yang benar. Tidak elok kalau kita membohongi atasan dengan informasi yang salah. Jika atasan kemudian membuat keputusan yang salah, hal ini akan menjadi catatan yang tidak baik dalam perjalanan hidupnya. Apalagi dengan adanya digital track sekarang, sampai kapanpun catatan itu tidak akan bisa terhapus
Jadi sebagai jawabannya, komunikasi saya dengan Pak Prabowo kali ini tidak ada langsung urusannya dengan utus-mengutus.
Presiden sendiri sejak kemarin sangat rileks memberikan pengarahan kepada para pembantunya mengenai APBN 2020 dan bagaimana pemerintah ingin fokus pada masalah pembangunan sumber daya manusia, serta bagaimana membuat harmonisasi peraturan perundang-undangan yang mempermudah investasi. Waktu kita sudah habis untuk membicarakan hal-hal tersebut, sehingga tidak ada sama sekali pembicaraan tentang Pilpres.
Proses pencoblosan sudah selesai, sekarang kita tinggal menunggu saja hasil perhitungan dari KPU. Pak Jokowi dan Pak Ma’ruf Amin juga sangat paham mengenai urut-urutan mekanismenya dan menghormati ketentuan-ketentuan yang berlaku. Pemimpin memang harus begitu.
Apalagi, KPU sendiri dilahirkan atas kesepakatan bersama antara pemerintah dengan legislatif berdasarkan konstitusi. Maka mari kita hormati prosesnya, kita ikuti, dan kita hormati keputusannya.
Kepada masyarakat saya juga ingin menyampaikan bahwa situasi negara kita sekarang baik-baik saja. Jangan percaya kepada siapapun yang membuat seolah-olah kita sedang dalam kondisi darurat.
Saya belum melihat ada indikasi ke arah sana karena tidak ada yang dilakukan pemerintah yang melanggar konstitusi. Saya mantan tentara, anak kandung saya masih anggota aktif Kopassus, saya pasti tahu karena semua perkembangan masih saya dengar di kuping saya.
Sebagai penutup, sekarang kita sudah akan memasuki bulan Ramadhan. Saya berharap teman-teman semua mulai cooling down. Ayo kita sama-sama menatap hari esok yang lebih baik. Mari kita bersama-sama membangun Republik yang kita cintai ini.