Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati menilai kehadiran Tabloid Indonesia Barokah merupakan bagian dari upaya propaganda untuk memperkeruh suasana kampanye Pilpres 2019. Tabloid itu juga hadir untuk memecah suara.
"Lebih pada upaya memecah suara (Prabowo-Sandi) ketimbang (meningkatkan elektabilitas) pasangan calon (nomor urut 01)," katanya kepada Alinea.id di Jakarta, Senin (28/1).
Wasisto menduga, Indonesia Barokah disebar untuk menggembosi suara umat Muslim yang mendukung Prabowo-Sandi. Pasalnya, jumlah suara umat muslim yang mengalir ke kubu Prabowo tergolong besar. Strategi itu mirip dengan yang dilakukan Obor Rakyat pada tahun 2014.
"Langsung menyerang satu paslon dan disebar melalui lembaga peribadatan. Targetnya ialah kalangan menengah muslim yang masih emosional dan labil pemahaman agamanya," imbuhnya.
Wasisto meyakini ada pemodal besar di belakang Tabloid Indonesia Barokah. Pasalnya, tabloid itu disebarluaskan secara masif tanpa berorientasi profit.
"Dalam industri media cetak yang kini agak seret kapital karena kehadiran media online tentu akan berpikir ulang untuk mencetak tabloid secara cuma-cuma," ujarnya.
Sebelumnya, Dewan Pers menyebut Indonesia Barokah bukan produk jurnalistik. Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo pun mempersilakan kepolisian untuk mengusut dugaan pidana di balik peredaran tabloid tersebut.
Di lain sisi, anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI Mochammad Afifuddin mengamini konten-konten dalam Indonesia Barokah menyudutkan salah satu paslon. Namun, Afifuddin tidak menemukan muatan kampanye hitam dalam tabloid tersebut.