Partai Demokrat dinilai merugi selama berkoalisi dengan Koalisi Adil Makmur yang mendukung pasangan calon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Kerugian partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono itu terjadi sebelum dan sesudah pencoblosan pada 17 April lalu.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin, menjelaskan, sebelum pencoblosan, Komandan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) batal menjadi calon wakil presiden untuk mendampingi Prabowo Subianto. Prabowo justru memilih Sandiaga Uno sebagai wakilnya.
Kemudian setelah pencoblosan, Partai Demokrat merugi dalam perolehan suara yang tak signifikan. Menurut hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, Partai Demokrat mengalami kekalahan dalam pemilihan legislatif atau Pileg 2019 dengan sejumlah partai antara lain Partai Keadilan Sejahtera, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Nasdem.
Selain itu, kader internal di tubuh Partai Demokrat tidak solid setelah bergabung dengan paslon 02. Banyak kepala daerah dari Partai Demokrat yang justru mendukung paslon 01: Jokowi-Ma'ruf Amin. Juga terjadi hubungan yang turun-naik, sebelum dan pasca Pilpres 2019 antara Partai Demokrat dengan kubu 02.
“Namun saya melihat, Demokrat akan bermain di tengah," kata Ujang. “Bermain di tengah itu artinya, Demokrat akan bersahabat dengan Kubu 01 dan berteman juga dengan Kubu 02.”
Ikhwal pertemuan AHY dengan Presiden Jokowi, menurut Ujang, itu hal yang wajar. Pertemuan pascapemilu itu sebagai bagian dari silaturahmi dan komunikasi politik. Juga untuk lobi-lobi politik. Namun, pindah atau tidaknya Partai Demokrat ke koalisi kubu 01 bergantung pada elit dan kader Partai Demokrat sendiri.
“Wajar-wajar saja, jika suatu saat nanti Partai Demokrat bergabung dengan koalisi 01. Karena posisi Demokrat di koalisi kubu 02 tidak menguntungkan,” tuturnya.
Sementara Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat, Andi Nurpati, menegaskan Partai Demokrat masih akan terus berada di Koalisi Adil Makmur yang mendukung paslon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
“Partai Demokrat tak ada perubahan apa-apa terhadap kondisi pilpres. Pada proses pemilu kita masih di posisi semula, tak ada perubahan apa-apa," ujarnya.
Menurut Andi, pertemuan antara AHY dan Joko Widodo hanyalah sebagai undangan biasa antara Presiden dengan warganya. Andi menekankan, dalam petermuan itu Jokowi mendudukan dirinya sebagai Presiden, bukan sebagai calon presiden.
“Karena sebagai warga negara yang diundang ya menghadiri undangan. Tidak ada yang salah dalam hal silahturahmi. Tidak ada deal-deal apapun,” kata Andi.