close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pejalan kaki melintas di depan Alat Peraga Kampanye (APK) Pemilu 2019 di kawasan Kebayoran, Jakarta, Senin (25/3). /Antara Foto
icon caption
Pejalan kaki melintas di depan Alat Peraga Kampanye (APK) Pemilu 2019 di kawasan Kebayoran, Jakarta, Senin (25/3). /Antara Foto
Pemilu
Jumat, 05 April 2019 18:01

Pertempuran politik para caleg sepi penonton 

Mayoritas publik tidak mengenal para calon anggota legislatif (caleg) yang berlaga di kontestasi Pileg 2019.
swipe

Mayoritas publik tidak mengenal para calon anggota legislatif (caleg) yang berlaga di kontestasi Pileg 2019. Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menemukan hanya 25,8% publik yang mengaku mengenal para caleg di dapil mereka masing-masing. 

"Yang kenal itu hanya 25,8% dan yang tidak kenal itu ada 70,6%. Yang tidak menjawab itu ada sekitar 3,6%," ujar peneliti LSI Denny JA Rully Akbar saat memaparkan hasil surveinya di kantornya di Rawamangun, Jakarta, Jumat (5/4).

Survei digelar pada periode 18-26 Maret dengan melibatkan 1.200 responden dari 34 provinsi. Pengambilan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Tingkat kepercayaan survei sebesar 95% dengan batas galat plus-minus 2,8%.

Rully mengatakan, rendahnya tingkat pengenalan publilk terhadap para caleg disebabkan banyak faktor. Salah satunya ialah penempatan caleg yang kurang tepat oleh parpol. "Sehingga tingkat keterkenalannya tidak optimal," imbuhnya.

Hasil survei juga menunjukkan publik cenderung mempertimbangkan ketokohan seseorang dalam memilih caleg. Afiliasi responden dengan partai politik tidak terlalu signifikan memengaruhi pilihan caleg. 

"Hasilnya ada sekitar 60,3% yang menyatakan lebih mempertimbangkan nama caleg yang dikenalnya daripada partai politiknya. Yang menjawab karena partai politiknya hanya 26,6% sedangkan yang tidak menjawab ada 13,1%," katanya.

Rully menjelaskan, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan para responden turut mempengaruhi popularitas caleg. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin besar peluangnya untuk dicoblos para responden. 

"Begitu pun dengan pendapatan. Semakin tinggi pendapatannya, maka dia (responden) cenderung melihat calegnya daripada partai politiknya," katanya. 

 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan