Bursa kandidat Gubernur Lampung kian mengerucut. Selain calon petahana sekaligus politikus Golkar Arinal Djunaldi, setidaknya ada dua tokoh lain yang potensial diusung maju di Pilgub Lampung 2024, yakni Ketua DPD Gerindra Lampung, Rahmat Mirzani Djausal dan eks Bupati Tulang Bawang, Umar Ahmad.
Umar ialah politikus PDI-Perjuangan. Umar digadang-gadang bakal menggandeng Ketua DPD Demokrat Lampung Edy Irawan Arief alias Wan Edy sebagai pendamping di Pilgub Lampung. Adapun Arinal dan Rahmat belum mengumumkan calon pendamping.
Analis politik dari Universitas Lampung Darmawan Purba menilai Pilgub Lampung bakal jadi ajang pertarungan politik antara kandidat dari Gerindra dan PDI-P. Meskipun berstatus sebagai petahana, menurut dia, Arinal tak punya modal kuat untuk mempertahankan kursi gubernur lantaran kinerjanya dianggap buruk selama memimpin.
"PDI-P juga masih sangat kuat di Lampung sehingga kemungkian besar pertarungan Pilgub Lampung akan terasa seperti Pilpres 2024," ucap Darmawan kepada Alinea.id, Kamis (14/6).
Berbasis hasil Pileg 2024, Gerindra sukses menggeser dominasi PDI-P di DPRD Lampung setelah mengantongi 16 kursi. PDI-P bertengger di posisi kedua dengan raupan 13 kursi, diekor Golkar dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang sama-sama mengoleksi 11 kursi. Partai Demokrat hanya mengantongi 9 kursi.
Peta kekuatan politik di parlemen lokal itu menunjukkan tak ada papol yang benar-benar dominan. Di pentas pilgub, semua parpol harus berkoalisi untuk memenuhi syarat 20% jumah kursi untuk mencalonkan pasangan kandidat.
"Gerindra butuh dukungan 1 kursi lagi di DPRD Lampung untuk bisa mengusung Rahmat Mirzani sebagai calon gubernur. Dengan pengalaman koalisi pilpres yang lalu, bisa dikatakan kemitraan di antara Gerindra dan partai-partai yang ada di Koalisi Indonesia Maju bisa lebih mudah dibangun. PDI-P butuh 4 kursi lagi," ucap Darmawan.
Koalisi Indonesia Maju (KIM) merupakan koalisi parpol pendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024. Koalisi beranggotakan Gerindra, Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Demokrat, dan sejumlah parpol nonparlemen.
Dari sisi ketokohan, Darmawan menilai figur Rahmat Mirzani memiliki bekal pengalaman memobilisasi mesin partai lantaran menjabat sebagai Ketua DPD Gerindra Lampung. Sama-sama berstatus penantang, Umar Ahmad memiliki bekal pengalaman mengelola birokrasi pemerintahan daerah.
"Sebagai bupati di Tulang Bawang, beliau (Umar) dinilai sukses membawa perubahan bagi Kabupaten Tulang Bawang di mana daerah ini merupakan daerah otonomi pada saat itu dengan segala keterbatasannya. Rivalitas keduanya akan sangat kompetitif," ujar Darmawan.
Karena para kandidat sama-sama kuat, menurut Darmawan, politik uang bisa menentukan hasil akhir Pilgub Lampung. Namun, ia berharap parpol dan tim sukses para kandidat tidak menjalankan praktik lancung itu pada masa kampanye atau jelang pencoblosan.
"Partai-partai pengusung, bahkan juga masyarakat, untuk bisa mencari cara agar modal ekonomi, modal sosial tidak mencemari subtansi pilkada," ucap Darmawan.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro menilai Gerindra jadi yang paling diuntungkan ketika Pilgub Lampung digelar tak lama setelah Pilpres 2024. Menurut dia, raihan kursi Gerindra di DPRD terdongkrak efek ekor jas dari Prabowo-Gibran.
"Di fase ini, yang diuntungkan sebenarnya, secara institusional, ya, Gerindra ketimbang PDI-P karena memang Gerindra ada di puncak kekuasaan. Ini bisa menjadi amunisi yang efektif untuk mendongkrak atau memastikan kemenangan," ucap Agung kepada Alinea.id, Jumat (13/6).
Meski sudah mengantongi restu dari Prabowo, bukan berarti Rahmat Mirzani bisa menang mudah. Hingga kini, popularitas dan elektabilitas Rahmat belum teruji. Argumentasi serupa juga bisa disematkan untuk Umar.
"Walaupun PDI-P di Pileg 2024 kalah di Lampung, bukan berarti PDI-P di pilgub ini juga kalah karena memang yang diuji itu magnet figur masing-masing kandidat. Baik Rahmat Mirzani dengan Umar Ahmad masih perlu pembuktikan," ucap Agung.
Agung memprediksi Pilgub Lampung bakal diikuti tiga pasang calon. Namun, ia memprediksi perhatian publik bakal terbetot pada pertarungan antara Rahmat Mirzani dan Umar Ahmad. Kandidat petahana bakal kalah pamor lantaran kinerja buruknya selama memimpin Lampung.
"Pilkada lagi-lagi soal figur dan dalam kondisi partai id. Kedekatan pemilih dengan partai kita itu kan sangat rendah. Jadi, figur ini menjadi sentral ketika pilkada berlangsung. Di Lampung, konteks petahana enggak terlalu kuat karena yang sering disorot soal kinerja buruk. Bisa-bisa malah penantangnya yang unggul. Karena apa? Penantangnya ini membawa nafas perubahan," ucap Agung.