Aksi unjuk rasa di depan gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) ricuh usai massa membubarkan diri. Polisi menduga mereka adalah penunggang gelap yang sengaja melakukan aksi provokatif.
"Ini berbeda dari massa yang siang. Ini memang sengaja mau rusuh," kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Harry Kurniawan di depan Bawaslu RI, Jakarta, Selasa (21/5) malam.
Kericuhan terjadi sekitar pukul 22.35 WIB. Massa sempat merusak pagar berduri di depan pintu Bawaslu.
Aksi ini diawali dengan yel-yel "curang" yang diteriakkan massa. Wakapolres Jakarta Pusat AKBP Arie Ardian sempat melakukan mediasi dan menenangkan massa. Namun upaya ini justru ditanggapi dengan sikap provokatif dan menantang petugas.
"Tembak pak, tembak. Semua pasti mati kok," ujar salah seorang peserta aksi.
Polisi akhirnya bertindak tegas dengan menghalau massa ke arah Jalan Wahid Hasyim. Sejumlah orang ditangkap dan digelandang ke Gedung Bawaslu.
"Kami masih mendalami ini massa yang mana, sebab tadi sore kan sudah damai dan sempat bubar dengan tertib," kata Harry.
Harry mengaku belum mengetahui jumlah peserta aksi yang ditangkap jajarannya. Menurutnya, mereka akan dibawa ke Polda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan.
Massa aksi yang berunjuk rasa di depan Gedung Bawaslu sempat membubarkan diri sekitar pukul 21.30 WIB. Ustaz Bernard, orator yang saat itu berada di atas mobil komando meminta massa melanjutkan aksi pada Rabu (22/5) esok.
Bernard pun meminta massa agar tidak terprovokasi dan membubarkan diri dengan tertib. Menurutnya, aksi yang dilakukan menyikapi pengumuman hasil Pemilu 2019 itu merupakan aksi damai.
"Sekali lagi saya ingatkan jangan terprovokasi. Harap tenang, esok kembali lagi untuk aksi damai ini. Ayo jalan, ayo," teriak Bernard menggunakan pengeras suara. (Ant)