Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mengakui dirinya berperan dalam kebocoran negara yang mencapai Rp1.000 triliun.
Prabowo kerap kali menyebut kekayaan Indonesia mengalir ke luar negeri. Berdasarkan perkiraannya jumlah kebocoran itu mencapai lebih dari Rp1.000 triliun.
Akan tetapi ternyata, Prabowo mengaku bahwa dirinya juga turut andil dalam kebocoran tersebut. Terutama saat dirinya menjadi elite militer di era Orde Baru.
Prabowo mengatakan, kebocoran tersebut terjadi karena kesalahan para elite dalam mengelola aset negara, termasuk para elite militer yang dulu dominan dalam kekuasaan di era Orde Baru.
"Kekayaan bangsa Indonesia itu tidak tinggal di Indonesia, ini sudah terjadi puluhan tahun dan ini harus kita akui sebagai kegagalan elite Indonesia. Ini juga saya akui bagian dari kegagalan saya, karena saya dulu elite, saya dulu elite tentara," katanya saat berpidato di hadapan para akademikus di Balai Kartini, Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (5/4).
Kendati demikian, Prabowo menyatakan, telah mencoba mencegah kebocoran tersebut agar tidak lebih banyak keluar. Sehingga, dia mendukung gerakan reformasi 98 untuk menjatuhkan rezim Presiden Soeharto.
"Saya sudah berusaha memperbaiki elite dari dalam. Makanya kami dukung gerakan reformasi 98. Meski pemimpin rezim waktu itu dipimpin mertua saya sendiri. Saya waktu itu ikut menyarankan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri. Bukan saya tak loyal kepada Soeharto, tapi itu saya lakukan karena saya loyal dan cinta sama Pak Harto," katanya.
Lebih lanjut, Prabowo mengatakan, kebocoran yang telah berlangsung lama tersebut telah menyebabkan negara "sakit" hingga sekarang. "Dan ini harus kita akui sebagai kegagalan elite Indonesia. Ini bagian dari kegagalan saya karena saya dulu elite juga. Dan ini sudah terjadi puluhan tahun," katanya.