Terciduknya Romahurmuziy disebut-sebut menjadi peluru bagi kubu Prabowo-Sandi untuk menyerang Jokowi-Amin.
Ketua Tim Meteri Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Sudirman Said, mengatakan banyak orang di sekeliling Presiden Joko Widodo yang terseret korupsi. Hal itu dinilai lantaran Jokowi kurang dapat mengendalikan orang-orang di sekitarnya.
"Tampaknya lingkungan perlindungan pengendalian di sekitar Jokowi itu buruk sekali. Tampaknya 5 tahun ini terlalu banyak kasus korupsi yang melibatkan eksekutif-eksekutif maupun pimpinan politik yang ada di sekitar pak Jokowi. Artinya pak Jokowi tak mampu memberikan suatu influence terhadap orang sekitarnya agar terjaga dari korupsi," katanya saat ditemui Alinea.id di Media Center Prabowo-Sandi, Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (22/3).
Sudirman mengatakan, orang yang dekat dengan pemerintahan seharusnya dikendalikan tindak-tanduknya agar memahami batasan.
"Jadi lingkungan pengendalian itu adalah tindakan-tindakan perilaku pemimpin yang bisa mempengaruhi institusi itu bersih atau tidak. Ini kontrolnya kurang. Mereka berbuat itu karena perilaku dan policy-nya tidak nyambung. Akibatnya yang harusnya menjadi penjaga kepentingan publik malah menggerogoti kepentingan publik," katanya.
Untuk itu, Sudirman mengatakan, hal ini akan menjadi catatan khusus bagi Prabowo-Sandi jika terpilih nanti. Dia mengatakan, Prabowo-Sandi akan menempatkan orang-orang yang incorruptible di pemerintahannya agar angka korupsi bisa ditekan.
"Maka ini akan menjadi pelajaran bagi Prabowo-Sandi untuk membangun pemerintahan yang bersih, yang kuat, yang diisi oleh orang kompeten dan jujur dan insha Allah orang yang disebut pak Prabowo incorruptible akan kita hadirkan," katanya.
Menanggapi hal tersebut, Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ikrama Masaloman menilai, memang dengan terseretnya mantan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy ke pusaran kasus korupsi, telah menjadi bahan kapitalisasi isu oleh pihak Prabowo-Sandi. Sebab, isu tersebut sangat seksi untuk mengangkat elektoral.
"Kalau dikapitalisasi terus mungkin akan berdampak elektoral, tapi efek ini sebenarnya tidak begitu berpengaruh besar terhadap Jokowi, karena yang tertangkap bukan orang yang menunjukan afiliasi dekat dengan Jokowi, kalau yang ketangkap pimpinan PDIP baru itu berefek kepada Jokowi," katanya.