Nama mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi terus menguat sebagai pesaing mantan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil di Pilgub Jabar 2024. Elite-elite politik lokal mulai memperhitungkan Dedi sebagai kandidat yang potensial mengalahkan RK dalam kontestasi elektoral lima tahunan itu.
Teranyar, mantan Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2018- 2023, Uu Ruzhanul Ulum mengunjungi kediaman Dedi Mulyadi di Lembur Pakuan, Desa Sukasari, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang, Jawa Barat pada Sabtu, (11/5). Usai pertemuan itu, keduanya mengaku tidak menutup kemungkinan untuk berkoalisi atau bahkan berpasangan dalam Pilgub Jabar.
Kekuatan elektoral Dedi juga terekam di papan survei. Hasil sigi Lembaga Studi Visi Nusantara Maju (LS Vinus) yang dirilis pada 8 Mei 2024 menunjukkan tingkat keterpilihan Dedi di Pilgub Jabar mencapai 12,5%, terpaut tipis dari RK yang memperoleh 15,25%.
RK dan Dedi jauh mengungguli kandidat-kandidat lain, semisal mantan Kapolda Metro Jaya Mochammad Iriawan alias Iwan Bule yang meraup 3,25% dan eks Wali Kota Bogor Bima Arya dengan tingkat keterpilihan sebesar 2,75%.
Analis politik dari Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo berpendapat duel politik antara Golkar dan Gerindra potensial tersaji di Pilgub Jabar. Selain ditopang mesin politik yang andal, keduanya juga punya figur yang layak diusung jadi calon gubernur Jabar.
"Apakah Gerindra dan Golkar duel? Ya, mungkin saja. Kalau Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil bisa bertarung di Pilgub Jabar, ya, peluangnya sangat besar. Semua skenario bisa terjadi," ucap Kunto kepada Alinea.id, Sabtu (11/5).
Dedi saat ini berbaju Gerindra setelah hengkang dari Golkar jelang Pemilu 2024. Di Gerindra, Dedi harus bersaing dengan Iwan Bule yang juga mengincar tiket maju di Pilgub Jabar.
Situasi yang memungkinkan Gerindra dan Golkar duel di Jabar, menurut Kunto, karena keduanya merupakan parpol penguasa DPRD Jabar. Selain itu, Kunto melihat Gerindra dan Golkar enggan kader terbaiknya diplot sebagai orang nomor dua di Pilgub Jabar.
"Apalagi kalau Golkar kemudian menetapkan Ridwan Kamil sebagai cagub Jabar, tentu Gerindra enggak mau kalau jadi wakil. Mereka mau tidak mau harus (mencalonkan kader jadi) gubernur," ucap Kunto.
Jika terealisasi, menurut Kunto, pertarungan antara Gerindra dan Golkar di Pilgub Jabar bakal "membelah" Koalisi Indonesia Maju (KIM), koalisi parpol pengusung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024.
Selain Gerindra dan Golkar, KIM beranggotakan Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrat, dan sejumlah parpol nonparlemen. Parpol-parpol anggota KIM, kata Kunto, akan bimbang memilih merapat ke Gerindra sebagai wujud loyalitas kepada Prabowo atau mendukung Golkar dan RK yang berpeluang besar menang di Pilgub Jabar.
"Masalahnya, soal koalisi. Tetapi, karena Prabowo presiden, ini akan lebih menjadi daya tarik dibanding Golkar. Tetapi Golkar juga probabilitas kemenangan ysedikit lebih besar karena Ridwan Kamil masih sangat populer dan elektabilitasnya masih tertinggi," ucap Kunto.
Meski begitu, Kunto berpendapat kekuatan koalisi bukan penentu hasil akhir pemilu. Pasalnya, pilihan parpol dan publik kerap tak sejalan. "Jadi, pemilih biasnya menggunakan cara berpikir yang melihat tokoh ketimbang partai di pilkada," imbuhnya.
Senada, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin sepakat peluang pertarungan antara Gerindra dan Golkar terbuka lebar di Pilgub Jabar. Menurut dia, poros koalisi yang dimotori kedua parpol itu mulai terbangun di Pilgub Jabar.
"Jadi, sangat mungkin terjadi duel antara Gerindra dan Golkar di Pilgub Jawa Barat, antara Dedi Mulyadi dengan pasangannya dan Ridwan Kamil dengan pasangannya. Saya melihat bisa ada 3 pasang. Poros ketiga adalah partai yang di luar Gerindra dan Golkar, saling membentuk koalisi," ujar Ujang kepada Alinea.id.