Hasil survei terbaru Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menunjukkan elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf unggul hingga 18,1%. Di papan survei CSIS, pasangan petahana meraup elektabilitas sebesar 51,4% sedangkan pasangan penantang Prabowo-Sandi elektabilitasnya 33,3%.
"Lalu ada 14,1% responden tidak menjawab dan 1,2% belum menentukan pilihan. Kemungkinan mereka sudah punya pilihan, tapi tidak mau terbuka," kata peneliti CSIS Arya Fernandez saat memaparkan hasil survei di Kantor CSIS, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (28/3).
Survei digelar pada periode 15-22 Maret 2019 dengan melibatkan 1.960 responden dari 34 provinsi. Metode yang digunakan pencuplikan sampel acak berjenjang. Tingkat kepercayaan sebesar 95% dengan batas galat 2,21%.
Survei CSIS juga merekam kemantapan pilihan masyarakat terhadap capres-cawapres. Hasilnya, sebanyak 83,2% responden mengaku sudah mantap terhadap pilihannya dan hanya 16,8% yang menyatakan masih mungkin mengubah pilihannya.
Di pasangan Jokowi-Ma'ruf, tingkat kemantapan pilihan sebesar 84,4% dan 15,6% menyatakan masih ragu-ragu. Di lain kubu, sebanyak 81,3% pemilih Prabowo-Sandi menyatakan sudah mantap dengan pilihannya dan 18,7% mengatakan masih mungkin mengubah pilihannya.
Dengan tingkat kemantapan pilihan sudah melebihi 80%, menurut Arya, kecil kemungkinan terjadi migrasi pemilih.
Kepuasan publik tinggi
Survei CSIS juga menunjukkan kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-JK masih tinggi. Sebanyak 72,9% responden menyatakan puas atas kinerja Jokowi-JK. "Dan 25,3% menilai tidak puas, dan hanya 0,8% tidak menjawab," kata peneliti CSIS Noory Okthariza.
Ia mengatakan, sektor infrastruktur dan pendidikan yang paling tinggi diapresiasi publik. Tingkat kepuasan sektor pembangunan dan infrastruktur sebesar 79,2% dan hanya 19,21% menyatakan tidak puas.
"Tingkat kepuasan di sektor pendidikan sebesar 76,6% dan hanya 21,9% menyatakan tidak puas. Kepuasan di sektor maritim sebesar 70,6% dan di sektor pembangunan manusia 67,7%," ujarnya.
Oktha mengatakan, kepuasan publik tersebut ditopang persepsi ekonomi keluarga dan ekonomi nasional yang dianggap lebih baik dari tahun lalu.
"Sebanyak 50,2% masyarakat menilai kondisi ekonomi mereka membaik dibandingkan tahun lalu dan 48,3% menilai ekonomi nasional membaik dibandingkan tahun lalu," katanya. (Ant)