close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar dan Fitri Hari saat konferensi pers di Kantor LSI Denny JA di Rawamangun, Jakarta, Jumat (5/4). Alinea.id/Kudus Purnomo
icon caption
Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar dan Fitri Hari saat konferensi pers di Kantor LSI Denny JA di Rawamangun, Jakarta, Jumat (5/4). Alinea.id/Kudus Purnomo
Pemilu
Jumat, 05 April 2019 22:12

Survei LSI: Peluang parpol jadi pemenang dan pecundang

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis peluang partai politik yang lolos dan gagal masuk parlemen pada 2019. Simak grafik lengkap
swipe

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis peluang partai politik yang lolos dan gagal masuk parlemen pada 2019.

Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar, mengatakan empat partai politik berpotensi besar meloloskan kadernya untuk duduk di kursi DPR pada Pemilu Legislatif 2019. Keempat partai tersebut berpotensi lolos ambang batas 4% (parliamentary threshold) lantaran tingginya elektabilitas.

Partai-partai tersebut adalah PDI Perjuangan dengan perolehan 24,6%, disusul Partai Gerindra 13,4%, ditempel ketat oleh Partai Golkar 11,8%. Kemudian Partai Demokrat dengan elektabilitas 5,9% dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebesar 5,8%.

"PDI Perjuangan, Gerindra, dan Golkar, masih bertengger di posisi tiga besar," ujarnya dalam konferensi pers di kantor LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta, Jumat (5/4).

Rully mengatakan, PDIP berpotensi kembali menjadi pemenang pada Pileg 2019. Bahkan, PDIP sekaligus bakal memecahkan rekor dalam kemenangan partai politik di Indonesia.

"Lantaran mampu memenangkan pemilihan umum dua kali berturut-turut, yang biasanya hanya bisa diraih sekali saja oleh partai-partai lain," katanya.

Sementara persaingan sengit akan terjadi pada posisi runner-up yang diperebutkan oleh Gerindra dan Golkar. Kedua partai ini sama-sama memiliki potensi untuk menduduki peringkat kedua.

"Kenapa berpotensi? Karena Golkar itu meski ada di posisi tiga, mereka memiliki caleg-caleg yang militan dan berpengalaman dibandingkan dengan Gerindra yang umumnya memiliki kekuatan logistik yang memadai. Kalau mereka efektif door to door menjumpai pemilih, Golkar masih berpeluang melampaui Gerindra. Tapi Gerindra itu diuntungkan karena mendapat efek ekor jas dari Prabowo Subianto," jelasnya.

Tak hanya pada posisi kedua dan ketiga, urutan keempat pun tak kalah ketatnya diperebutkan oleh Demokrat dan PKB. Sebab, elektabilitas Demokrat dan PKB bersaing  ketat.

"Siapa yang calegnya lebih militan menyapa pemilih pada sisa waktu kampanye, maka itu akan sangat menentukan siapa di posisi keempat," ujarnya.

Selain partai yang berpotensi lolos ke Senayan, LSI Denny JA juga merilis partai yang masih abu-abu alias masih berpeluang lolos meski posisinya belum aman.

"Di antaranya adalah PKS 3,9%, Nasdem 2,5%, PPP 2,9%, PAN 3,1% dan Perindo 3,9%," katanya.

Menurut Rully, Perindo menjadi satu-satunya partai baru yang memiliki peluang lolos ke Senayan. Dia beralasan, elektabilitas Perindo lebih baik dari partai baru lainnya.

"Dengan elektabilitas 3,9%, Perindo menunjukkan peluang elektabilitasnya jauh dari partai baru lainnya," urainya.

Rully menjelaskan, kelima partai papan tengah ini berpotensi lolos ke Senayan jika caleg-calegnya militan mendatangi pemilih di hari kampanye yang tersisa.

"Tapi bisa juga tak lolos karena biar bagaimanapun posisi saat ini belum aman dan belum menjamin," kata dia.

Tak hanya itu, LSI Denny JA juga merilis partai-partai yang diprediksi akan sangat sulit untuk lolos ke Senayan karena elektabilitasnya sangat jauh dari ambang batas parlemen 4%,. Partai-partai tersebut adalah Hanura 0,9%, PBB 0,2%, PKPI 0,1%, Berkarya 0,7%, PSI 0,2%, dan Partai Garuda 0,1%.

Akan tetapi, Rully mengatakan, partai-partai ini belum tertutup kemungkinan bisa lolos ke Senayan. Catatannya, partai-partai ini mampu melakukan lompatan politik di masa kampanye yang tersisa.

"Partai-partai ini memerlukan langkah big bang, lebih dari sekadar kerja calegnya untuk bisa lolos ke parliamentary threshold 4%, karena elektabilitasnya sangat jauh," katanya.  

Perlu diketahui, survei ini dilakukan pada rentang waktu 18-26 Maret 2019 dengan menggunakan metode multistage random sampling dan wawancara terbuka yang melibatkan 1.200 responden dengan batas galat lebih kurang 2,8%.

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan