Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adriana Elisabeth mengatakan, setidaknya ada tiga skenario di balik temuan ribuan formulir C1 surat suara yang diduga menguntungkan pasangan Prabowo-Sandi. Tidak tertutup kemungkinan aktor di balik peristiwa itu berada di kubu 01.
"Common sense saja. Potensi itu bisa datang dari lawan 02, dari 02 sendiri, atau pihak ketiga yang memanfaatkan momen dengan tujuan untuk membangun opini publik soal adanya kecurangan pilpres," ungkap Adriana kepada Alinea.id di Jakarta, Selasa (7/5).
Dalam razia lalu lintas di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Ahad (5/5) lalu, polisi menemukan dua kardus berisi ribuan formulir C1 di dalam sebuah minibus. Dalam salah satu kardus, tercatut nama Ketua Sekretariat Nasional (Seknas) Prabowo-Sandi, M Taufik sebagai pengirim.
Penemuan ribuan formulir yang diduga dikirim dari sejumlah daerah di Jawa Tengah itu kini tengah ditangani oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta.
Jika ditinjau dari manuver-manuver kedua kubu, menurut Adriana, kasus tersebut menjadi hal yang lumrah terjadi. Menurut dia, dalang kasus penemuan formulir C1 itu bisa juga berasal dari lingkaran kubu Jokowi-Ma'ruf.
Kubu 01, lanjut Ariana, tidak ingin hanya mereka yang dicap curang sebagaimana yang kerap dibingkai oleh kubu 02. "Oleh sebab itu, mereka menyusun siasat bagaimana lawan mereka (juga) dianggap curang," jelas Adriana.
Di sisi lain, pelaku juga bisa berasal dari kubu 02. Penemuan ribuan formulir C1 itu, menurut Adriana, bisa dipakai kubu Prabowo-Sandi untuk menunjukkan kepada publik bahwa mereka menjadi pihak yang kerap dirugikan. "Mereka bisa jadi tidak terima melihat hasil sementara penghitungan yang ada," imbuhnya.
Adriana berharap kasus ini tidak menjadi 'bola liar' di tengah masyarakat. Ia pun meminta Bawaslu mengebut investigasi kasus itu. "Kedua pihak juga harus menahan diri dan sebaiknya hasil investigasi segera dipublikasikan agar publik tidak resah," ungkapnya.
Senada, juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily meminta kubu Prabowo menunggu hasil investigasi Bawaslu. "Jangan bilang ini jebakan dari pihak tertentu, jangan punya pikiran kotor teruslah," ujar Ace.
Menurut Ace, kubunya pun terkejut mendengar temuan ribuan formulir C1 dalam razia lalu lintas itu. Namun demikian, pihaknya tidak mau berspekulasi. "Apalagi disebutkan ada pihak Seknas kubu 02 ya. Ya, ini wajib dijelaskan dan diumumkan apa yang terjadi kepada publik," kata dia.
Ace pun berharap masyarakat tidak langsung mengambil kesimpulan dan tetap bersabar dalam menunggu hasil investigasi dari Bawaslu. Ia tidak ingin proses pemilu kembali ricuh karena kedua kubu saling menyalahkan.
Kemungkinan palsu
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Wahyu Setiawan mengatakan, ada kemungkinan ribuan formulir C1 tersebut palsu. Untuk membuktikan keaslian formulir C1, menurut dia, KPU hanya perlu membandingkan hasil pindaian hologram formulir C1 yang sudah ada dengan sistem informasi penghitungan (Situng).
"Sebenarnya tinggal disandingkan saja antara C1 yang tertera dalam Situng dan C1 yang janggal. Jika terdapat perbedaan maka dapat disimpulkan bahwa C1 itu palsu," ujar Wahyu.
Situng, lanjut Wahyu, bukan hanya berfungsi sebagai bukti tranparansi kinerja KPU dalam penyelenggaraan pemilu, tetapi juga bisa menjadi rujukan apabila ditemukan data-data mencurigakan berkaitan dengan hasil pemilu.
Selain input formulir C1 ke Situng lewat angka-angka yang kemudian ditampilkan dalam grafik, Situng juga menyematkan hasil pemindaian formulir C1 di setiap TPS yang bisa diunduh. "Bahkan masyarakat pun sebenarnya bisa dengan mudah mengetahui apakah formulir C1 itu asli atau palsu," ujarnya.