Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Aisah Putri Budiatri menilai Partai Amanat Nasional (PAN) paling berpeluang pindah gerbong ke kubu Jokowi-Ma'ruf. Menurut Aisah, PAN bakalan lebih mudah menyeberang lantaran sempat tergabung di barisan parpol pendukung pemerintah.
"PAN dan Partai Demokrat adalah dua partai pendukung Prabowo-Sandi yang berpotensi mendukung Jokowi. Demokrat walaupun berpeluang, namun lebih sulit dari PAN karena punya sejarah yang tidak mendukung," ujar Aisah dalam sebuah diskusi di D'hotel, Jakarta, Senin (29/4).
Sebelumnya, PAN mengisyaratkan bahwa konflik politik akibat pilpres telah usai pascapencoblosan 17 April lalu. Manuver PAN yang paling menonjol ialah bertemunya Ketum PAN Zulkifli Hasan dengan Presiden Jokowi di Istana, beberapa hari lalu.
Menurut Aisah, Zulkifli sangat paham konsekuensi dari pertemuan tersebut dan ingin melihat respons kedua kubu. "Pertama, testing the water kubu Prabowo-Sandiaga. Kedua, testing the water dari kubu pendukung Jokowi sendiri," tuturnya.
Aisah mengatakan, PAN dan Demokrat bakal diuntungkan jika bergabung dengan kubu koalisi pendukung pemerintahan Jokowi. "Karena koalisi akan mengikat selama lima tahun. Tahun 2024, peta politik akan berubah total jika Jokowi menang di 2019. Tidak mungkin (Jokowi) kembali maju pada 2024," ujarnya.
Petisi pecat Bara
Pertemuan antara Zulkifli dan Jokowi sebelumnya berbuntut panjang. Pasalnya, Wakil Ketua Umum PAN Bara Hasibuan menyebut pertemuan tersebut sebagai sinyalemen ganti koalisi. Pernyataan tersebut diganjar petisi pemecatan yang dirintis sejumlah kader PAN.
Namun demikian, Bara menegaskan, sejak awal komitmen PAN memang hanya mendukung Prabowo-Sandi di pentas Pilpres 2019 saja. "Kami dari PAN bebas menentukan langkah berikutnya bagi partai. Kontribusi apa yang bisa kita lakukan bagi bangsa. Segala kemungkinan masih bisa saja terjadi," kata Bara.
Menurut Bara, PAN saat ini masih menunggu pengumuman resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI terkait pemenang Pilpres 2019. "Setelah itu, kami bebas dengan otoritas penuh untuk menentukan langkah berikutnya bagi PAN. Tentu saja sesuai dengan kepentingan partai," jelas Bara.
Ia pun tidak menutup kemungkinan PAN akan kembali masuk ke jajaran parpol pendukung pemerintahan. Sejak Pemilu 1999 hingga 2014, menurut Bara, PAN selalu memposisikan sebagai pendukung pemerintah.
"Jadi history kita, pattern kita adalah memang berada di dalam pemerintahan. Jadi itu sesuai yang memang bukan sesuatu yang aneh kalau PAN akan lakukan itu," tutur Bara.
Secara pribadi, Bara mengaku mendukung pasangan calon Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019. Menurut dia, keinginan untuk mendukung Jokowi-Ma'ruf itu sudah mendapatkan izin dari Ketua Umum Zulkifli Hasan.
"Hubungan saya dekat dengan ketua umum. Bukan saja pemimpin saya tapi juga merupakan sahabat saya. Saya tidak mungkin melakukan sesuatu yang mencelakakan Zulkifli Hasan sebagai ketua umum. Saya melakukan ini untuk kepentingan partai," kata dia. (Ant)