Calon presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ditembak saat berkampanye di Kota Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat (AS) pada 13 Juli 2024. Karena berondongan peluru, Trump terluka pada bagian telinga dan segera diboyong ke rumah sakit.
Peristiwa penembakan terjadi saat Trump sedang berbicara soal kebijakan imigrasi era Joe Biden. Suara letusan senjata terdengar selama kurang dari semenit. Satu orang tewas dan dua lainnya terluka parah akibat peluru nyasar.
Apa saja teori konspirasi yang beredar di jagat maya?
Hanya beberapa menit setelah insiden itu terjadi, teori konspirasi dan misinformasi beredar liar di media sosial. Salah satu yang paling ngetop ialah dugaan penembakan Trump direkayasa. Perbincangan soal rekayasa itu terutama viral di media sosial X.
Di platform media sosial punya Elon Musk itu, kata kunci "staged" jadi topik paling ngetren setelah kata kunci "Trump". Tercatat ada lebih dari 228 ribu unggahan menggunakan kata kunci itu di X. Sebagian netizen percaya penembakan itu direkayasa oleh tim kampanye Trump.
Namun demikian, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa penembakan itu direkayasa. Faktanya, Trump terluka akibat penembakan itu dan ada penonton kampanye yang tewas.
Mathew Thomas Crook, penembak calon presiden AS Donald Trump saat kampanye di Pensylvania, Julai 2024. /Foto X @stillgray
Siapa penembak Trump?
Kata kunci "Antifa" juga sempat viral di X. Sejumlah akun menuding aktivis Antifa, Mark Violets sebagai penembak Trump. Antifa ialah gerakan politik sayap kiri dan antifasis yang berkembang di AS dalam beberapa ahun terakhir.
Namun demikian, FBI memastikan penembak Trump ialah seorang pria berusia 20 tahun bernama Thomas Matthew Crooks. Crooks tinggal di Bethel Park, sekitar 70 kilometer dari lokasi kampanye Trump.
Baru dua tahun lulus dari SMA Bethel Park, Crook sehari-hari bekerja di dapur panti jompo setempat. Catatan kependudukan AS menunjukkan Crook seorang simpatisan Partai Republik, partainya Trump. Hingga kini tidak jelas apa motif Crook menyerang Trump.
Apa dampak penembakan itu pada peluang Trump untuk memenangi Pilpres AS?
Di Pilpres AS, Trump kembali bertarung melawan Joe Biden. Hasil survei yang dirilis Projects 538 beberapa hari sebelum insiden penembakan tersebut menunjukkan Trump unggul dengan elektabilitas sebesar 46%. Biden hanya mengantongi 44%.
Sejumlah pengguna X menyebut penembakan Trump direkayasa untuk membentot simpati publik terhadap Trump dan memperlebar jarak elektabilitasnya dengan Biden.
Nick Beauchamp, pakar ilmu politik dari Northeastern University menyebut Partai Republik akan mengekploitasi insiden tersebut demi mendongkrak elektabilitas Trump. Trump bakal diibaratkan sebagai pejuang yang menantang kekuatan opresif.