Kebakaran merupakan bencana yang sering kali terjadi di wilayah Jakarta. Beberapa peristiwa kebakaran terjadi di awal tahun 2025. Yang paling menjadi sorotan adalah kebakaran di pusat perbelanjaan Glodok Plaza, Tamansari, Jakarta Barat pada Rabu (15/1) malam.
Seberapa sering kebakaran di Jakarta?
Dikutip dari Antara, sepanjang 2024 terjadi setidaknya 1.888 kebakaran di Jakarta. Artinya, rata-rata setiap hari ada lebih dari lima kebakaran.
Salah satu peristiwa kebakaran yang cukup menyita perhatian pada 2024 adalah kebakaran di daerah Tambora, Jakarta Barat pada Selasa (15/10/2024) yang menewaskan lima orang dan membuat ludes puluhan rumah.
Ada pula kebakaran di daerah Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan ada Selasa (13/8/2024) yang menyebabkan 683 bangunan ludes dan 3.332 orang terpaksa mengungsi. Kemudian kebakaran di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat pada Selasa (10/12/2024) yang menyebabkan sekitar 1.800 orang kehilangan tempat tinggal dan harta benda.
Secara statistik, menurut Antara, jumlah kebakaran di Jakarta pada 2024 menurun 12,8% dibandingkan 2023. Namun, menurut situs web pemadam.jakarta.go.id, sepanjang 2023 Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Provinsi DKI Jakarta mencatat, terjadi 2.286 kebakaran di Jakarta.
Jakarta Timur tertinggi, dengan 594 kebakaran. Diikuti Jakarta Selatan 573, Jakarta Barat 484, Jakarta Utara 379, dan Jakarta Pusat 256. Rincian objek yang terbakar, antara lain perumahan sebanyak 637 kebakaran, instalasi luar gedung 480, sampah 267, tumbuhan 215, kendaraan 118, lapak 40, bangunan industri 32, dan lainnya 156.
Awal 2025, ada beberapa kebakaran yang menyita perhatian. Pertama, kebakaran di Glodok Plaza, Jakarta Barat, Rabu (15/1). Kebakaran tersebut menyebabkan lantai 7, 8, dan 9 pusat perbelanjaan itu ludes. Hingga kini, ada delapan korban tewas dan 14 orang lainnya masih hilang.
Lalu, kebakaran di Jalan Kemayoran Gempol, Jakarta Pusat pada Selasa (21/1) dini hari, yang menyebabkan yang mengakibatkan 543 bangunan ludes. Sebanyak 1.797 warga terdampak kebakaran ini. Selain itu, pada Selasa (21/1) terjadi kebakaran di gedung yang berisi chiller AC di Panin Bank, Senayan, Jakarta Pusat.
Apa saja penyebab kebakaran di Jakarta
Sepanjang 2024, menurut Antara, penyebab dari 1.148 kebakaran di Jakarta karena arus pendek atau korsleting listrik. Sisanya karena kebocoran tabung gas, pembakaran sampah, dan puntung rokok.
Tata perumahan yang tak beraturan, instalasi listrik yang sudah tua dan semrawut, serta kebiasaan warga yang sembrono menjadikan kebakaran sering terjadi.
Pada 2023, terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya kebakaran, antara lain karena listrik sebanyak 1.216 kejadian, pembakaran sampah 337, kebcoran gas 205, puntung rokok 130, lilin 1, dan lainnya 397. Selain itu, kemarau ekstrem—Agustus hingga Oktober 2023—pun ikut meningkatkan frekuensi kebakaran.
Sementara itu, sejauh ini penyebab kebakaran di Glodok Plaza belum diketahui. Walau begitu, Kanit Reskrim Polsek Metro Tamansari Suparmin, dikutip dari Antara, menyatakan asap pertama kali muncul di lantai 9. Dia menjelaskan, kebakaran diduga berasal dari ruangan bekas diskotek, dari belakang papan videotron.
Sedangkan kebakaran di Kemayoran Gempol, dikutip dari CNN Indonesia, menurut polisi diduga karena korsleting listrik. Lalu, kebakaran di gedung chiller AC milik Panin Bank disebabkan aktivitas pengelasan.
Apa solusinya?
Pada 2024, Dinas Gulkarmat Provinsi DKI Jakarta mendorong partisipasi dan peran aktif warga dalam pencegahan kebakaran. Dikutip dari pemadam.jakarta.go.id, dinas tersebut memiliki program kerja, antara lain stikerisasi bahaya kebakaran, imbauan bahaya kebakaran, pembentukan Satgas Gulkarmat di 267 kelurahan dan relawan pemadam kebakaran (Redkar), membentuk sistem ketahanan kebakaran lingkungan (SKKL), dan melakukan manajemen kebakaran keselamatan gedung.
Pengamat perkotaan Nirwono Joga, dilansir dari Antara menyebut, solusi mencegah kebakaran di Jakarta pertama dengan memeriksa regulasi. Dia menyarankan pemerintah untuk memastikan apakah permukiman yang rawan kebakaran lokasinya sesuai peruntukan hunian dalam rencana detail tata ruang DKI Jakarta.
Kedua, memberi langkah antisipasi untuk permukiman yang layak huni, dengan di awali perbaikan atau revitalisasi permukiman padat menjadi kawasan hunian vertikal atau rumah susun. Hunian vertikal itu dilengkapi fasilitas pencegah kebakaran, penataan kabel dan gas, pompa hidran, dan tempat evakuasi yang memadai.
Ketiga, melakukan sosialisasi kepada warga permukiman rawan kebakaran. Keempat, melakukan diskusi dan negosiasi kepada warga untuk membahas ganti untung serta proses pembangunan ulang kawasan. Kelima, tahap implementasi yang harus bertahap.
Semisal, ada empat RT yang bangunannya ludes terbakar, maka pembangunan hunian vertikal dilakukan secara bertahap dari satu RT ke RT lainnya. Selama pembangunan berlangsung, secara bergiliran setiap RT diungsikan ke rumah susun terdekat.