Setidaknya 132 orang tewas di Sudan akibat banjir dan hujan lebat tahun ini. Situasi diperburuk dengan situasi konflik yang tengah berkecamuk di negara itu.
"Jumlah total negara bagian yang terkena dampak adalah 10, sementara jumlah keluarga yang terkena dampak meningkat menjadi 31.666 keluarga dan individu menjadi 129.650," kata Kementerian Kesehatan Sudan dalam sebuah pernyataan.
Sudah telah mengalami musim hujan yang lebat sejak bulan lalu, dengan banjir besar yang terjadi secara berkala terutama di wilayah utara dan timur negara tersebut.
"Jumlah total kematian mencapai 132."
Meskipun banjir terjadi setiap tahun di Sudan, dampaknya diperkirakan akan lebih buruk tahun ini setelah lebih dari 16 bulan pertempuran antara jenderal-jenderal yang bersaing yang telah mendorong jutaan orang mengungsi ke zona banjir.
Sekitar 12.420 rumah telah runtuh seluruhnya dan 11.472 lainnya runtuh sebagian karena hujan, menurut kementerian tersebut, yang mengatakan sebagian besar kerusakan terjadi di negara bagian Sudan Utara dan Sungai Nil.
Hujan deras pada hari Sabtu membanjiri daerah Arbaat di utara kota Laut Merah Port Sudan, menyebabkan Bendungan Arbaat runtuh dan menghanyutkan seluruh desa.
“Air bah menyapu bersih rumah-rumah dan hewan… orang-orang naik ke gunung untuk melindungi diri,” kata Issa Adroub, seorang warga di daerah tersebut.
Waduk tersebut merupakan sumber air penting bagi Port Sudan, tempat para pejabat pindah setelah perang pecah di Khartoum.
Relawan lokal yang membantu upaya bantuan mengatakan kepada AFP bahwa “13 orang ditemukan tewas, termasuk wanita dan anak-anak, dan pencarian 210 orang hilang masih berlangsung.”
Mereka melaporkan bahwa banjir bandang tersebut menghanyutkan 20 desa dan merusak 50 desa lainnya. Hujan tersebut tidak biasa terjadi pada saat ini, karena wilayah tersebut biasanya mengalami hujan pada bulan November dan Maret.
Pihak berwenang Sudan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah melaporkan lonjakan kasus kolera di tengah hujan lebat.
Organisasi Kesehatan Dunia pada awal Agustus mengatakan Sudan telah mengalami sedikitnya 11.327 kasus kolera, 316 di antaranya berakibat fatal, sejak Juni 2023.
Menteri Kesehatan Sudan Haitham Ibrahim mengatakan “kondisi iklim dan pencemaran air” menjadi penyebab epidemi tersebut.
Perang di negara itu telah berkecamuk sejak April 2023 antara tentara Sudan, di bawah pimpinan penguasa de facto negara itu, Abdel Fattah al-Burhan, dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces, yang dipimpin oleh mantan wakil Burhan, Mohamed Hamdan Daglo.
Kedua belah pihak telah dituduh melakukan kejahatan perang, termasuk menargetkan warga sipil dan menjarah atau menghalangi bantuan kemanusiaan.(guardian)