close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi personel Brimob Polri. /Foto Antara
icon caption
Ilustrasi personel Brimob Polri. /Foto Antara
Peristiwa
Rabu, 31 Juli 2024 12:01

Bentrok Tual dan musabab "sumbu pendek" korps Brimob

Ini bukan kali pertama personel Brimob bikin rusuh.
swipe

Bentrokan antara personel Brigade Mobil (Brimob) dan Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polri pecah di Kota Tual, Maluku, Minggu (28/7). Diwarnai suara letusan senjata, bentrok antara dua satuan kepolisian itu sempat bikin Tual mencekam.

Kabid Humas Polda Maluku Kombes Aris Aminullah mengungkap pemicu bentrok ialah razia kendaraan yang digelar personel Satlantas Polres Tual sehari sebelumnya. Dalam razia tersebut, petugas Satlantas mengamankan salah satu motor yang diduga milik anggota Brimob.

"Ada yang diamankan, sementara ada yang kabur. (Yang kabur) memberi tahu teman-teman mereka. Sebanyak 30 orang lalu menyerang polisi. Indikasinya ada anggota Brimob," ujar Aris kepada wartawan, Senin (29/7).

Di depan Gereja Maranatha, Tual, personel dari kedua satuan itu saling serang. Akibat bentrokan, kaca jendela Polres Tual pecah. Terlihat dinding kantor Polres Tual tertembus peluru. Sejumlah sepeda motor milik anggota Polres rusak.

Bentrok di Tual, menurut pengamat kepolisian Bambang Rukminto mengindikasikan ada yang salah di tubuh korps Brimob. Pasalnya, itu bukan kali pertama personel Brimob bikin onar, entah itu menyerang warga sipil atau sesama personel kepolisian. 

Pada 2015, misalnya, sekelompok oknum anggota Brimob menyerang mess Samapta Bhayangkara (Sabhara) Polres Binjai, Sumatera Utara (Sumut). Bentrol dipicu pertikaian sesama anggota kepolisian. 

Di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), peristiwa serupa juga terjadi pada tahun yang sama. Ketika itu satu kompi Detasemen A Brimob menyerbu dan merusak Mapolres Bima. Bentrok antara anggota Brimob dan personel Polres Bima menyebabkan sembilan orang terluka.

“Banyak hal yang bisa menjadi penyebab. Intinya adalah arogansi personel dan itu tak bisa dibiarkan terus terjadi,” kata Bambang kepada Alinea.id, Senin (29/7).

Selain karena perwujudan jiwa korsa yang keliru, menurut Bambang, bentrok antar satuan di tubuh Polri kerap dipicu karena kecemburuan sosial. Ada anggapan bahwa satuan Brimob merupakan "lahan yang kering" dan pekerjaannya tergolong berat. 

Di lain sisi, satuan lain, semisal Satlantas, dianggap sebagai lahan basah. Oknum di Satlantas, misalnya, bisa menjalankan pungutan liar (pungli) demi memperoleh tambahan pendapatan di luar gaji. 

“Salah satu pemicunya memang ada oknum Brimob yang menjadi korban pungli atau ketidakadilan yang dilakukan polisi di satuan lain,” jelas Bambang. 

Apa pun motifnya, Bambang meminta agar Kasatbrimob mengeluarkan sanksi tegas kepada para personel yang terlibat kerusuhan. "Sebagai sesama penegak hukum harusnya lebih mengedepankan hukum yang berlaku," imbuhnya. 

Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Poengky Indarti meminta Polri meminta maaf kepada masyarakat atas keonaran yang dibuat para personelnya. 

“Semua satker (satuan kerja) Polri harus bersatu dan jangan dibiarkan ego sektoral merusak hubungan antar satker,” katanya kepada Alinea.id, Senin (29/7).

Bentrok di Tual, kata Poengky, harus diinvestigasi serius. Ia menduga konflik antara satuan tugas di kepolisian bisa jadi tak semata hanya karena kesalahpahaman antara petugas. Ada akar konflik yang mesti diurai. 

"Perlu diperiksa penyebab yang menjadi kesalahpahaman. Misalnya, saat razia kendaraan bermotor, polisi lalu lintas yang bertugas menggunakan kata-kata yang menyakiti hati. Jika demikian, cukup ditegur saja. Tidak perlu main serang dan keroyokan," tuturnya. 

Menurut Poengky, ada banyak faktor yang menjadi pemicu berulangnya bentrok antarsatuan di kepolisian, semisal minimnya pengawasan atasan, arogansi satuan, hingga problem ketidakmatangan emosional personel. 

“Apakah ada yang merasa lebih super sehingga menolak dirazia? Para pelaku semuanya harus diperiksa dan diproses hukum, termasuk atasan langsung yang gagal mengawasi para anggotanya sehingga ada efek jera dan peristiwa serupa tidak akan terjadi lagi," kata dia. 

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan