close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Joe Biden. Foto: UPI
icon caption
Joe Biden. Foto: UPI
Peristiwa
Sabtu, 19 Oktober 2024 17:39

Biden percaya gencatan senjata Israel-Hizbullah lebih mudah dari Hamas

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan sekutu sedang berupaya meredakan ketegangan di kawasan itu.
swipe

Presiden AS Joe Biden lebih percaya diri melihat peluang gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah. Menurut dia merundingkannya bisa lebih mudah daripada mengupayakan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

"Menurut pandangan saya dan rekan-rekan saya, ada peluang bahwa kita mungkin dapat menangani Israel dan Iran dengan cara yang mengakhiri konflik untuk sementara waktu," katanya.

"Kami pikir ada kemungkinan untuk mengupayakan gencatan senjata di Lebanon. Dan itu akan lebih sulit di Gaza. Namun kami sepakat bahwa harus ada hasil."

Biden mengatakan ia membahas cara ke depan untuk mengakhiri konflik Timur Tengah setelah terbunuhnya pemimpin Hamas Yahya Sinwar di Gaza dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz selama pertemuan mereka di Berlin pada hari Jumat.

Namun, Biden menolak mengatakan apakah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberinya jaminan dalam panggilan telepon mereka pada hari Kamis setelah konfirmasi kematian Sinwar bahwa Israel siap untuk kembali berunding mengenai kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata.

"Kami sedang berdiskusi tentang itu," kata Biden.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan sekutu sedang berupaya meredakan ketegangan di kawasan itu dan sepakat bahwa tidak hanya mengupayakan "solusi militer saja".

"Jawabannya adalah diplomasi. Dan sekarang kita harus memanfaatkan momen ini sebaik-baiknya. Yang dibutuhkan sekarang adalah gencatan senjata di Gaza, pembebasan semua sandera segera dan tanpa syarat, akses segera ke bantuan kemanusiaan dan kembali ke jalur menuju solusi dua negara sebagai satu-satunya cara untuk mewujudkan perdamaian dan keamanan jangka panjang," katanya.

Israel dan kelompok militan Hizbullah yang bermarkas di Lebanon telah saling serang hampir setiap hari sejak perang di Gaza meletus pada bulan Oktober, yang mengakibatkan ribuan orang mengungsi di kedua sisi perbatasan.

Permusuhan tersebut telah meningkat secara signifikan baru-baru ini dengan kedua belah pihak menyerang target yang lebih dalam di negara masing-masing.

Pada tanggal 30 September, Israel melancarkan apa yang disebutnya sebagai operasi darat yang terarah di Lebanon, yang katanya untuk menemukan dan melenyapkan posisi Hizbullah.

Diyakini ada hingga 15.000 tentara Israel di dalam Lebanon.

Pada hari Jumat, Hizbullah mengatakan bahwa perangnya melawan Israel memasuki fase baru, karena wilayah tersebut memperhitungkan pembunuhan Yahya Sinwar.

Hizbullah secara ideologis selaras dengan kelompok militan Hamas yang bermarkas di Gaza dan mulai menembaki Israel yang katanya sebagai bentuk solidaritas dengan rakyat Palestina.

Perang di Gaza meletus pada 7 Oktober tahun lalu setelah kelompok militan Hamas melancarkan serangan kilat ke Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan membawa 250 orang lainnya kembali ke Jalur Gaza sebagai sandera.

Tanggapan militer Israel hampir seketika dan telah menghancurkan Gaza. PBB mengatakan pada bulan Agustus bahwa sekitar 80% dari semua bangunan di Jalur Gaza telah hancur.

Itu memicu bencana kemanusiaan besar-besaran dengan puluhan ribu warga Gaza mengungsi di dalam negeri, sering kali tinggal di kamp-kamp tenda kumuh dengan sedikit atau tanpa akses ke makanan, air bersih, dan fasilitas medis.

Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan lebih dari 42.000 orang telah tewas hanya dalam satu tahun pertempuran tetapi tidak membedakan antara kombatan dan warga sipil dalam penghitungannya.(upi)

img
Fitra Iskandar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan