Dominasi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Depok terancam goyah pada Pemilihan Wali Kota Depok 2024. Pasalnya, tingkat keterpilihan calon yang diusung PKS dan Golkar, Imam Budi Hartono-Ririn Farabi A Rafiq (Imam-Ririn) tersalip oleh pasangan penantang Supian Suri dan Chandra Rahmansyah (Supian-Chandra).
Survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis belum lama ini menunjukkan elektabilitas Supian-Chandra mencapai 49,5%. Pasangan yang diusung 12 partai politik anggota Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus itu unggul tipis dari pasangan Imam-Ririn yang hanya mengoleksi 46,6%.
Analis politik dari Universitas Muhammadiyah Jakarta Djoni Gunanto merinci sejumlah faktor yang membuat Supian-Chandra bisa menyalip Imam-Ririn. Salah satu yang menonjol adalah isu perubahan yang digaungkan oleh pasangan tersebut dalam kampanye di Depok.
"Isu perubahan yang ada di Depok menguat mempersoalkan lamanya dominasi kekuasaan PKS sehingga masyarakat merespons positif kehadiran Supian-Chandra," kata Djoni kepada Alinea.id, Jumat (15/11).
Sejak 2005, PKS telah bercokol sebagai penguasa Kota Depok. Pada Pileg DPRD Kota Depok 2024, PKS juga keluar sebagai pemenang setelah mengantongi 13 kursi anggota DPRD dari total 50 kursi yang tersedia. PKS juga rutin mengantarkan kader-kader mereka sebagai Wali Kota Depok.
Selain gaung perubahan, menurut Djoni, mesin politik parpol-parpol pendukung Supian-Chandra sudah bergerak masif. Visi-misi serta program-program yang ditawarkan Supian- Chandra juga dinilai lebih baik dibandingkan Imam-Ririn.
"Tetapi, koalisi besar ini jangan dulu puas karna politik sangat dinamis. Hasil survey harus dijadikan motivasi untuk bekerja lebih keras karena bisa jadi kondisi akan berbalik," kata Djoni.
Djoni menilai mesin partai PKS yang militan bisa sangat mungkin membalikkan keadaan menjelang hari pencoblosan. "Bahkan bisa jadi lebih solid dan militan ketika melihat hasil survei ini," kata Djoni.
Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati menilai wajar bila pasangan Imam-Ririn dan Supian- Chandra saling salip di papan survei. Pertarungan pilkada yang hanya diikuti dua calon lazimnya berlangsung sengit hingga pencoblosan.
"Dalam hal ini, popularitas sangat dinamis dan fluktuatif. Proses saling menyalip antar paslon dalam konteks pilkada yang sengit adalah hal lumrah," kata Wasisto kepada Alinea.id, Jumat (15/11).
Hasil akhir Pilwalkot Depok, kata Wasisto, belum tentu sesuai dengan prediksi survei. Apalagi, perbedaan elektabilitas antara dua pasang paslon yang bertarung masih tak jauh dari margin of error survei.
"Karena itu, pertarungan akan tergantung pada isu yang dimainkan untuk menaikkan dan menurunkan citra paslon," kata Wasisto.