close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Abrasi tumbangkan pohon yang ada di Pantai Rengge, Pulau Pari, Kepulauan Seribu
icon caption
Abrasi tumbangkan pohon yang ada di Pantai Rengge, Pulau Pari, Kepulauan Seribu
Peristiwa
Rabu, 10 Juli 2024 16:00

Di balik keindahan Pulau Pari, ada tantangan abrasi yang mengintai

Ada tiga pantai andalan wisata di Pulau Pari yang terancam rusak akibat abrasi, yakni Pantai Pasir Perawan, Bintang, dan Rengge
swipe

Pulau Pari yang terletak di Kepulauan Seribu, di lepas pantai utara Jakarta, adalah satu di antara ratusan pulau yang ada Indonesia, yang terkenal sebagai kawasan wisata dengan panorama pantai yang menakjubkan.

Namun sayangnya, sejak lama Pulau Pari telah terdampak oleh krisis iklim. Pulau Pari semakin sering dihantam banjir rob, kenaikan air laut, cuaca ekstrem, serta tingginya gelombang. Semuanya telah memperburuk kehidupan sosial ekonomi masyarakat Pulau Pari. 

Salah seorang warga Pulau Pari, Mustaghfirin alias Bobby menuturkan, ada tiga pantai andalan wisata di Pulau Pari yang terancam rusak akibat abrasi, yakni Pantai Pasir Perawan, Bintang, dan Rengge di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta.

“Abrasi sudah membuat pantai terkikis enam sampai delapan meter,” ujarnya pada Senin (8/7/2024).

Menurut Bobby, paling parah terlihat di Pantai Rengge dan Bintang, yang terletak di ujung barat dan timur pulau. Puluhan pohon cemara laut mati terendam air laut yang menggerus daratan.

Melihat salah satu fenomena ini, Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa
menginisiasi, gerakan kolaborasi bersama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dengan menandatangani kerja sama perlindungan, pemulihan dan pelestarian pesisir serta pulau kecil di seluruh wilayah Indonesia yang dilaksanakan pada Senin, 8 Juli 2024.

Hal itu ditandai dengan cara menanam 1.000 bibit mangrove, dan akan berlanjut ke pesisir utara Pulau Jawa, serta akan diteruskan ke provinsi lain di Indonesia.

Deputi Direktur 1 Program Sosial Budaya Dompet Dhuafa, Juperta Panji Utama mengatakan, penanaman mangrove ini adalah langkah pertama dalam kolaborasi DMC Dompet Dhuafa dan Walhi.

Panji pun berharap, nantinya ada keterlibatan publik khususnya wisatawan yang berlibur ke Pulau Pari untuk memberi dukungan dalam menjaga kelestarian dan keindahan dengan tidak membuang sampah sembarangan, atau ikut berdonasi bersama melalui DMC Dompet Dhuafa, Walhi, dan Masyarakat, untuk memperbanyak penanaman Mangrove agar bisa mengurangi dampak dari abrasi atau banjir Rob.

"Saya lihat salah satu kekuatan yang paling besar dari Pulau Pari ini adalah wisatawan, itu kalau wisatawan itu kita ajak di sini kita yang punya wilayah kita kenalkan tentang bagaimana cara pengelolaan lingkungan mudah-mudahan itu akan berdampak", ujar Panji

Sementara Direktur Eksekutif Walhi Nasional, Zenzi Suhadi mengatakan, kerja sama ini merupakan persatuan antara dua gerakan yang memobilisasi nilai dan moral kemanusiaan dan gerakan yang melindungi memajukan hak manusia atau lingkungan.

Zenzi menyebut, filosofi Dompet Dhuafa yang ia tangkap adalah menghimpun dan mengarahkan sumber daya manusia untuk memelihara dan memajukan nilai-nilai moral kemanusiaan dan termasuk lingkungan. 
Selain itu, bagi Zenzi pertemuan dua gerakan ini, berpotensi menjadi cikal bakal membangun nilai-nilai universal dan moral manusia di masa depan itu sangat terbuka besar.

“Ketika kita berhasil menerjemahkan apa yang kita tandatangani hari ini bukan hanya pertemuan dua coretan tangan pemimpin organisasi,” katanya.

Menurutnya pertemuan antara Walhi dan Dompet  Dhuafa akan melahirkan jembatan dimana publik bisa terlibat menyelamatkan alam. Ia berharap kerja sama ini menjadi momentum yang harus dirawat.

Ketua Kelompok Perempuan Pulau Pari, Asmania atau sapaan akrabnya Teh Aas menyampaikan, ucapan terima kasih atas dukungan yang terus mengalir dari banyak pihak, termasuk DMC Dompet Dhuafa dan WALHI.

Dirinya pun menegaskan, bahwa pengelolaan lingkungan Pantai Rengge dan Pulau Pari secara keseluruhan oleh kelompok perempuan bukan hanya untuk warga tapi juga untuk anak cucu generasi mereka berikutnya. 

“Kami hanya ingin hidup tenang dan damai di Pulau Pari. Karena kami sudah sejahtera dengan laut kami. Dan berharap laut serta daratan kami akan baik-baik saja. Kami ingin keadilan antar generasi terwujud di Pulau ini dan seluruh pulau di Indonesia,” katanya (8/7).

img
Annisa Rahmawati
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan