Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menekankan pentingnya efisiensi anggaran sebagai peluang untuk mendorong perubahan positif dalam kebijakan perdagangan nasional. Dalam rapat bersama Menteri Perdagangan Budi Santoso, anggota Komisi VI, Budi Sulistyono alias Mbah Kung Kanang, menyoroti efisiensi sebagai strategi utama dalam menghadapi tantangan ekonomi.
“Ketemulah satu kata, change—perubahan. Dari change ini muncul lagi kalimat: tantangan jadikan peluang. Jadi ini tantangan juga bagaimana menjadi peluang bagi Indonesia,” ujar Kanang dalam rapat dengar pendapat (RDP), di DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (13/2).
Kanang mencontohkan pengalamannya sebagai bupati yang berhasil melakukan efisiensi anggaran tanpa menambah utang. Dengan strategi yang tepat, ia mampu menghemat anggaran yang seharusnya mengharuskan pinjaman sebesar Rp50 miliar, justru menghasilkan surplus sebesar Rp100 miliar.
“Saya jadi bupati lakukan penghematan, bukan utang. Dari penghematan yang seharusnya Rp50 miliar kita utang, mampu melakukan penghematan Rp100 miliar, artinya masih surplus Rp100 miliar,” ungkapnya.
Pernyataan ini menegaskan efisiensi anggaran bukan sekadar pengurangan belanja, tetapi strategi untuk memperkuat keuangan negara tanpa mengorbankan program-program prioritas. Dengan pendekatan yang inovatif dan transparan, efisiensi dapat membuka jalan bagi kebijakan perdagangan yang lebih berdaya saing dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Komisi VI DPR berharap prinsip ini dapat diterapkan dalam kebijakan perdagangan nasional, sehingga Indonesia tidak hanya mampu bertahan dalam tantangan ekonomi global, tetapi juga semakin kuat dan mandiri secara finansial.