Pihak berwenang dan pegiat konservasi bergegas menyelamatkan gajah, babi, dan kerbau dari banjir bandang di provinsi Chiang Mai, Thailand utara. Wakil Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai mengatakan penyelamatan masih berlangsung.
"Operasi sedang berlangsung," kata Phumtham Wechayachai kepada wartawan.
Dalam sebuah video di media sosial tampak sekawanan gajah terlihat berlari di air, sambil bersuara lantang. Video itu diunggah oleh Saengduan, pendiri Elephant Nature Park yang berbasis di Chiang Mai.
Saengduan mengatakan, seekor gajah berlari lebih lambat dari kawanan gajah lainnya karena kedua matanya buta. Sementara, menurutnya dua ekor gajah tenggelam akibat banjir di Elephant Nature Park yang dihuni 126 gajah itu.
Phang Fah Sai, seekor gajah betina, ditemukan mati di dekat resor Sibsan di distrik Mae Taeng pada Sabtu pagi. Gajah lain yang mati diyakini adalah Plang Mae Khor, yang kakinya cacat. Namun, staf taman masih berupaya untuk memastikan identitasnya.
Saengduean menulis di halaman Facebook-nya bahwa hari Jumat adalah hari yang gelap dan suram bagi taman tersebut.
Ketika mereka menerima peringatan banjir pada hari Kamis, staf mulai mengevakuasi gajah-gajah ke tempat yang lebih tinggi, dan upaya tersebut berlanjut hingga Jumat malam. Namun, air terus naik, dan daerah yang lebih tinggi pun tak luput dari banjir. Seluruh desa gajah kini terendam banjir parah.
"Hewan-hewan kami hanyut dalam banjir. Gajah-gajah kami tidak dirantai, tetapi tetap berada di dalam kandang berpagar," tulis Saengduean. "Air banjir telah naik hingga lebih dari tiga meter, melewati pagar tempat perlindungan hewan dan hampir mencapai atap."
"Gajah buta kami, Mae Ploydaeng, Plang Mae Meeboon, dan beberapa lainnya tersapu banjir besar di depan mata kami," sesalnya.
Banyak sapi dan kerbau di taman juga hilang selama banjir. Semua kucing dan anjing dari kompleks itu selamat, katanya, meskipun tidak ada kandang untuk hewan-hewan tersebut.
Saengduean menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para pekerja penyelamat, relawan, dan lembaga pemerintah atas bantuan mereka. Banyak kamp gajah juga mengirimkan pawang mereka untuk membantu mengendalikan gajah-gajah yang panik dan membantu mengevakuasi mereka. Saengduean mengatakan ia patah hati ketika diberi tahu bahwa dua gajah ditemukan mati.
Sementara itu, helikopter dari Wing 41 Angkatan Udara Kerajaan Thailand, yang dipimpin oleh Kapten Phanpaporn Jinawat, Komandan Wing 41, membantu melacak gajah-gajah yang hilang. Ia mengatakan pencarian udara dimulai dari kamp dan meluas ke daerah sekitarnya.
Selama survei, kamera inframerah pesawat mendeteksi tiga ekor gajah yang tampak sekitar satu kilometer dari kamp. Mungkin gajah-gajah itu yang mereka cari, dan mereka juga menemukan seekor gajah mati.
Kamera inframerah helikopter juga mendeteksi tiga ekor gajah lagi: satu berjalan mendaki gunung dan dua lagi tetap diam. Diyakini bahwa gajah-gajah itu berlindung di gunung, dan koordinatnya diberikan kepada pawang gajah untuk melacak mereka.
Departemen Taman Nasional, Konservasi Satwa Liar, dan Tanaman, bersama dengan Departemen Kehutanan Kerajaan, tim dokter hewan, pejabat dari Institut Gajah Nasional, dan relawan, membantu menyelamatkan gajah-gajah yang terdampar di taman.
Dari total 126 gajah, 114 telah dipindahkan ke tempat aman, sementara sembilan gajah jantan masih terdampar, dua gajah mati, dan satu hilang. Hewan lain, termasuk kerbau, kambing, anjing, dan kucing, juga telah dipindahkan ke tempat aman, menurut Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Thailand.
Gajah adalah hewan nasional Thailand. Secara tradisional, mereka digunakan sebagai hewan pekerja, tetapi saat ini terancam punah. Hewan-hewan tersebut populer di kalangan wisatawan, tetapi meningkatnya kesadaran akan perlakuan terhadap mereka telah membuat lebih banyak gajah pergi ke tempat perlindungan.
Wilayah utara Thailand dilanda banjir besar sejak Agustus yang telah menewaskan 49 orang dan membuat ribuan rumah tangga mengungsi.(bangkok post, reuters)