Jagat media sosial Malaysia ramai memperbincangkan foto SIM, KTP dan paspor seorang warga Malaysia ada di lokasi pertempuran antara pasukan Ukraina dan Rusia.
Diberitakan media-media lokal bahwa dua kartu identitas itu ditemukan setelah pasukan Rusia merebut pangkalan militer Ukraina di Levadne.
Dari dokumen yang ditemukan menunjukkan alamatnya terdaftar di Padang Besar, Perlis.
Pria pemilik kartu identitas disebutkan terlibat sebagai tentara bayaran di Batalyon Senapan ke-16 Ukraina. Tetapi apakah pemilik kartu-kartu tersebut tersebut dibunuh atau ditahan oleh tentara Rusia tidak jelas.
Kementerian Luar Negeri Malaysia, dikutip dari media lokal pada Rabu (30/10) belum dapat memastikan apakah KTP dan SIM yang ditemukan itu asli atau tidak.
Media Malaysia yang berusaha mendatangi alamat yang tertera di kartu identitas itu juga belum mendapatkan informasi yang pasti . Namun, seorang pria yang berhasil ditemui tidak menyangkal atau membenarkan bahwa orang yang menjadi viral di media sosial yang diduga berperang di Ukraina, dan diduga diidentifikasi sebagai tentara bayaran asing melalui MyKad dan SIM miliknya, adalah anggota keluarganya.
Pria berusia 20-an yang diyakini memiliki hubungan keluarga dengan individu pemilik KTP dan SIM yang ditemukan di Ukraina itu menolak berkomentar lebih jauh mengenai masalah tersebut.
"No comment, no comment (no comment, no comment)," ucapnya singkat.
Pengamatan di kediaman tersebut juga menemukan, rumah dua lantai itu sepi tanpa ada sekilas anggota keluarga lainnya.
Januari lalu, media pernah memberitakan beberapa warga Malaysia yang dituduh menjadi tentara bayaran Rusia dalam perang Rusia-Ukraina. Namun hal itu dibantah Irjen Polisi Tan Sri Razarudin Husain.
Kementerian Luar Negeri dalam pernyataan yang sama juga menegaskan bahwa keselamatan warga Malaysia di luar negeri merupakan tanggung jawab masing-masing individu.
“Meski Kantor Perwakilan Malaysia selalu siap memberikan bantuan konsuler kepada warga Malaysia yang membutuhkan, namun penting bagi seluruh warga Malaysia untuk melakukan tindakan pencegahan dan memastikan keselamatan dirinya sendiri,” ujarnya.
Sementara itu, Razarudin mengatakan Kepolisian Kerajaan Malaysia (PDRM) juga sedang memeriksa keabsahan informasi terkait.
“Saat ini PDRM sedang melakukan pengecekan apakah benar atau tidak dan kami juga sedang menghubungi Kementerian Luar Negeri untuk mendapatkan informasi,” ujarnya.(bharian,lobakmerah, scmp)