YN, 45 tahun, seorang perempuan asal Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta ditemukan tewas di kamar hotel di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (12/12) sore. Jasad YN pertama kali ditemukan petugas hotel. Polisi menduga, korban dibunuh. Sebab, dari hasil visum ditemukan adanya bekas jeratan di leher YN. Bercak darah juga ditemukan di kasur, bantal, hidung, dan mulutnya.
Pembunuhan di hotel kerap kali terjadi. Di Semarang, Jawa Tengah, polisi menangkap Eko Prasetyo, 22 tahun pada November lalu karena diduga membunuh NJS, 25 tahun, teman kencannya di sebuah hotel. Polisi menerangkan, Eko berkencan dengan korban pada Kamis (7/11) di hotel. Lalu, saat berada di dalam kamar, pelaku tersinggung dengan ucapan korban yang menyentil fisik.
Korban lalu dicekik hingga tewas. Jasadnya kemudian ditaruh di bawah tempat tidur. Pada Sabtu (9/11), pelaku meninggalkan hotel untuk pulang ke rumah. Dia sempat berpamitan dengan penjaga hotel, dengan alasan membeli sarapan.
Pada Selasa (18/6), warga Desa Bandorasawetan, Kuningan, Jawa Barat dikejutkan dengan pememuan jasad di kamar mandi hotel melati. Ketika ditemukan, jasad yang diketahui berinisial ANH, 20 tahun, berasal dari Jakarta. Korban diduga dibunuh kekasihnya, FAR, 26 tahun.
ANH dibunuh FAR saat sedang tidur, menggunakan pisau. Polisi menerangkan, pelaku membunuh korban karena cemburu.
Lantas pada Selasa (23/4) di hotel kawasan Senopati, Jakarta Selatan, seorang remaja berusia 16 tahun tewas karena overdosis usai dicekoki narkoba oleh dua teman kencannya. Sebelumnya, pada Senin (22/4) korban datang bersama temannya karena diminta open BO oleh dua pelaku berinisial AN alias BAS, 48 tahun, dan BH, 46 tahun.
Yang paling menjadi sorotan adalah kasus mayat dalam koper yang ditemukan di daerah Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat pada Kamis (25/4). Dari hasil penyelidikan polisi, pelaku berinisian AARN, 19 tahun, membunuh korban berinisial RM, 50 tahun di sebuah hotel di Bandung, Jawa Barat pada Rabu (24/4).
Mencegah pembunuhan di hotel
Menurut kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Arthur Josias Simon Runturambi, hotel menjadi lokasi pembunuhan merupakan kasus yang berulang. Sebab, selama ini hotel menjadi tempat transaksi seksual. Namun, pengelola hotel kerap tidak bisa berbuat banyak mencegah terjadinya pembunuhan atau aksi kejahatan lainnya karena alasan privasi.
“Memang benar ada privasi. Tapi hotel bisa melengkapi dengan teknologi dan petugas keamanan—CCTV atau patroli—untuk mengantisipasi kemungkinan gangguan keamanan,” ujar Josias kepada Alinea.id, Sabtu (14/12).
“Karena bila sering terjadi kasus (pembunuhan), maka akan merugikan nama baik hotel tersebut.”
Sementara itu, Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan, manajemen keamanan di banyak hotel sebenarnya sudah berusaha mencegah tindak kejahatan, seperti pembunuhan. Namun, sayangnya hal itu hanya bisa dilakukan sampai di luar kamar hotel.
“Sementara setelah di dalam kamar, kami tidak (bisa) berbuat banyak karena hal itu menyangkut privasi,” kata Yusran, Sabtu (14/12).
Yusran menjelaskan, pihak manajemen hotel yang baik bakal melakukan skrining pada saat tamu masih di meja resepsionis, dengan mengecek barang bawaan dan identitas. Akan tetapi, tak bisa melakukan tindakan lebih jauh saat tamu sudah berada di dalam kamar.
“Karena prinsip hotel itu, kamar hotel adalah rumah kedua dan ada privasi di situ,” ujar Yusran.
Di sisi lain, Yusran menegaskan, petugas kemananan hotel yang menjadi anggota PHRI diwajibkan berkeliling di setiap lantai untuk mengecek kondisi tamu dari luar kamar. Soalnya, bukan tidak mungkin terdengar suara teriakan, yang menjadi pertanda seseorang meminta pertolongan.
“Kalau ada terdengar teriakan, kami bisa melakukan tindakan untuk ke kamar. Pasti itu. Tapi, terkadang, yang sering terjadi tidak diketahui,” tutur dia.
Selain itu, Yusran menekankan, hotel yang sesuai standar pasti menyediakan alat komunikasi berupa telepon yang terhubung dengan resepsionis di setiap kamar. Tujuannya, agar sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan dalam keadaan bahaya. Walau sering kali, hal itu tidak sempat dimanfaatkan oleh korban, sebelum terjadi pembunuhan.
“Ya, tapi memang, kita tidak tahu seperti apa kondisi di dalam kamar,” ucap Yusran.
Terlepas dari itu, Yusran menyarankan agar setiap pengunjung hotel memiliki kontak telepon yang bisa dipercaya dan selalu dapat dihubungi ketika kondisi darurat. “Ketika sudah mengirim tanda bahaya, dan orang itu memberi tahu pihak hotel, kami bisa periksa langsung ke kamar hotel,” kata dia.
“Itu penting untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi.”