close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Foto: Pinterest
icon caption
Foto: Pinterest
Peristiwa
Selasa, 21 Januari 2025 08:25

Iran bantah jatuhi hukuman mati terhadap seorang rapper yang wajahnya bertato

Penistaan ​​agama berpotensi dijatuhi hukuman mati di Iran.
swipe

Kabar bahwa Iran menjatuhkan hukuman mati terhadap rapper kontroversial Iran Amirhossein Maghsoudloo menyeruak di jagat maya. Tetapi, Iran membantah kabar tersebut.   

Amirhossein Maghsoudloo, yang lebih dikenal sebagai 'Amir Tataloo', adalah seorang artis yang sangat populer di kalangan pemuda Iran dan dikenal dengan tato yang menutupi seluruh wajahnya. Menurut pengacaranya, Ia dijatuhi beberapa hukuman penjara "pendek dan panjang" oleh pengadilan Teheran Mei lalu. Hukuman ini termasuk hukuman tiga tahun karena penistaan ​​agama dan 10 tahun karena 'mempromosikan prostitusi'.

Ia juga didakwa menyebarkan propaganda menentang Republik Islam dan menyebarkan materi yang mengandung unsur cabul.

Penistaan ​​agama berpotensi dijatuhi hukuman mati di Iran, meskipun tuduhan ini kemudian dibatalkan dan dirujuk ke pengadilan lain.

Surat kabar reformis Etemad telah melaporkan bahwa Mahkamah Agung Iran "menerima keberatan jaksa" atas hukuman penjara lima tahun sebelumnya atas pelanggaran seperti penistaan ​​agama dan mengklaim "kasus tersebut dibuka kembali, dan kali ini terdakwa dijatuhi hukuman mati karena menghina nabi", merujuk pada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Pada hari Minggu, otoritas Iran membantah laporan yang beredar di media Iran bahwa 'Amir Tataloo' telah dijatuhi hukuman mati.

"Dia baru-baru ini memenuhi syarat untuk keringanan hukuman berdasarkan ketentuan hukum. Ketentuan keringanan hukuman, atau penangguhan hukuman, adalah tindakan yang diuraikan dalam hukum pidana untuk membantu terpidana sesuai dengan pendekatan keadilan restoratif," kata pengadilan Iran dalam sebuah pernyataan menurut Iran International.

Amir Tataloo tinggal di pengasingan di Istanbul dari tahun 2018 hingga Desember 2023 ketika ia dideportasi oleh otoritas Turki kembali ke Iran, di mana ia ditahan meskipun sebelumnya ia mendukung pemerintah dan menulis lagu yang mempromosikan program nuklir Iran pada tahun 2015.

Pada tahun itu, ia bertemu dengan politisi ultra-konservatif Ebrahim Raisi pada tahun 2017, yang kemudian menjadi presiden Iran, dalam upaya yang jelas untuk menjangkau kaum muda Iran.(alarabiya)

img
Fitra Iskandar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan