close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi mudik. Foto Antara/Fauzan
icon caption
Ilustrasi mudik. Foto Antara/Fauzan
Peristiwa
Rabu, 26 Maret 2025 19:00

"Kalau ekonomi membaik, tahun depan harus pulang..."

Jumlah pemudik turun hingga 24% pada Lebaran 2025.
swipe

Egi, 34 tahun, termenung di sebuah warung kopi (warkop) di Rawa Buaya, Jakarta Barat, Selasa (26/3) malam itu. Di warkop itu, Egi baru saja ikutan nonton bareng laga kualifikasi Piala Dunia 2026 yang mempertemukan Indonesia-Bahrain. Indonesia menekuk Bahrain 1-0. 

Egi tentu saja senang tim Garuda bisa menjaga asa untuk lolos ke Piala Dunia 2026. Namun, kegembiraan itu tak berlangsung lama. Egi kembali mumet saat memikirkan "kewajiban" pulang kampung jelang hari raya Idul Fitri. 

Tahun ini, ia memperoleh tunjangan hari raya (THR) sebesar Rp4,8 juta dari sang bos. Menurut perkiraan Egi, THR-nya tak cukup untuk mengongkosi keluarga untuk pulang kampung ke Batang, Jawa Tengah. Selain istri dan dua anaknya, Egi juga harus membiayai tiket kedua orang tua dia. 

"Sementara, untuk sekali jalan, paling enggak butuh Rp2 juta. Bolak-balik Rp4 juta. Belum lagi ongkos selama di kampung," kata Egi saat berbincang dengan Alinea.id.  

Sehari-hari, Egi bekerja di sebuah pabrik konveksi di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat. Menurut dia, bisnis tekstil sedang terpuruk. Egi khawatir perusahaan terus merugi dan mengurangi jumlah pegawai usai Lebaran. 

Jika tak jadi pulang, Egi berencana menyimpan duit THR untuk "berjaga-jaga" seandainya ia kena pemutusan hubungan kerja (PHK). "Jadi, kayaknya enggak akan pulang. Tapi, untuk pelipur lara ajak jalan-jalan aja keluarga nanti," ujar Egi. 

Sukron, 41 tahun, menghadapi dilema serupa. Tahun ini, Sukron dan keluarga tak akan pulang kampung ke Tulungagung, Jawa Timur. Seperti Egi, Sukron memilih menyimpan duit THR untuk keperluan yang lebih mendesak. 

"Saya sudah tiga tahun tidak pulang karena memang kebutuhannya lagi banyak," kata warga Bitung, Tangerang, Banten, itu saat berbincang dengan Alinea.id.

Sehari-hari, Sukron bekerja sebagai satpam di salah satu bank. Ia mengaku berencana mengirimkan sebagian duit THR ke kampung. "Enggak enak sama orang tua, masa enggak kasih uang," imbuh Sukron.  

Sukron mengaku sedih kembali tak bisa mudik tahun ini. Apalagi, kedua  tuanya kini sudah menginjak usia 65 tahun. "Kalau ekonomi sudah membaik, tahun depan harus pulang," kata dia. 

Egi dan Sukron tak "sendirian". Hasil survei yang dilakoni Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan, Badan Pusat Statistik (BPS) dan akademisi menemukan jumlah pemudik pada Lebaran 2025 diperkirakan hanya sekitar 146,48 juta orang. Angka itu turun sekitar 24% jika dibandingkan tahun lalu.

Pasca pandemi Covid-19, jumlah pemudik selalu naik. Pada 2022, jumlah pemudik mencapai 85,5 juta orang. Setahun berselang, angkanya naik menjadi 123, 8 juta jiwa. Pada 2023, jumlah pemudik bahkan mencapai 193,6 juta orang. 

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang menyebutkan sejumlah faktor yang menyebabkan jumlah pemudik turun drastis. Pertama, jarak libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025 berdekatan dengan Idul Fitri. 

"Sehingga yang sempat berlibur selama Nataru tidak lagi merencanakan liburan atau pulang kampung saat libur Idul Fitri," ujar Sarman dalam sebuah siaran pers. 

Kedua, dengan kondisi perekonomian yang sedang sulit. Para orang tua berhemat demi biaya pendidikan anak-anak mereka. Dalam beberapa bulan ke depan, tahun ajaran baru dimulai. 

"Ketiga, maraknya pemutusan hubungan kerja. Keempat, penurunan daya beli masyarakat serta faktor cuaca juga mempengaruhi niat masyarakat untuk pulang kampung," ujar Sarman. 

 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan