Sebuah kapal kargo Rusia yang mengalami masalah di Laut Mediterania dan tenggelam pada hari Senin, sebelumnya diguncang oleh serangkaian tiga ledakan. Pemilik kapal tersebut mengatakan insiden itu sebagai "tindakan terorisme".
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Selasa bahwa Ursa Major, yang dibangun pada tahun 2009, tenggelam setelah sebuah ledakan menghancurkan ruang mesinnya dan dua dari 16 awaknya hilang.
Oboronlogistika, pemilik utama kapal dan sebuah perusahaan yang merupakan bagian dari operasi konstruksi militer Kementerian Pertahanan Rusia, mengatakan berdasarkan keterangan 14 awak kapal yang selamat, ledakan itu terjadi tiga kali berturut-turut di sisi kanan kapal pada pukul 1.50 siang waktu Moskow. Ledakan itu terjadi di bagian belakang kapal pada tanggal 23 Desember.
Kapal tersebut kemudian mulai miring tajam karena jelas-jelas kemasukan air, RIA mengutip pernyataan Oboronlogistika. Kapal itu tidak kelebihan muatan, tambahnya.
Kapal itu membawa dua derek pelabuhan raksasa di deknya beserta ember-ember pemuatannya, dua penutup palka berat untuk kapal pemecah es, 129 peti kemas kosong, dan satu peti kemas berukuran 20 kaki beserta perlengkapan atap, kata RIA.
Oboronlogistika mengatakan bahwa kapal itu sedang dalam perjalanan menuju pelabuhan Vladivostok di timur jauh Rusia.
Oboronlogistika dan SK-Yug, sebuah perusahaan yang terdaftar LSEG sebagai bagian dari grup tersebut dan pemilik serta operator langsung kapal tersebut, menolak berkomentar mengenai tenggelamnya kapal tersebut pada saat itu. Kedua entitas tersebut dikenai sanksi oleh Amerika Serikat pada tahun 2022 atas hubungan mereka dengan militer Rusia, seperti halnya Ursa Major itu sendiri.
Dinas Penyelamatan Maritim Spanyol mengatakan telah menerima sinyal marabahaya dari Ursa Major pada hari Senin ketika kapal itu berada sekitar 57 mil dari lepas pantai Almeira.
Dua kapal dan satu helikopter telah dikirim ke lokasi kejadian dan 14 awak kapal yang selamat telah dibawa ke pelabuhan Cartagena di Spanyol.
Data pelacakan kapal LSEG menunjukkan kapal tersebut berangkat dari pelabuhan Rusia St Petersburg pada 11 Desember dan terakhir terlihat mengirimkan sinyal pada pukul 22.04 GMT pada hari Senin, antara Aljazair dan Spanyol tempat kapal tersebut tenggelam.
Saat meninggalkan St Petersburg, kapal tersebut mengindikasikan bahwa pelabuhan persinggahan berikutnya adalah pelabuhan Rusia Vladivostok, bukan pelabuhan Suriah Tartous yang pernah disinggahinya sebelumnya.(rnz)