close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Foto ilustrasi banjir DKI Jakarta/Antara
icon caption
Foto ilustrasi banjir DKI Jakarta/Antara
Peristiwa
Jumat, 31 Januari 2025 14:51

Kapan musim hujan badai di Jakarta reda?

Jakarta diguyur hujan dengan intensitas tinggi selama beberapa hari terakhir.
swipe

Intensitas curah hujan yang tinggi selama beberapa hari terakhir membuat sejumlah wilayah di DKI Jakarta diterjang banjir. Hingga Jumat (31/1), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat masih ada 10 rukun tetangga (RT) yang tergenang banjir. 

"Yang masih tergenang, ada tujuh RT di Kelurahan Cengkareng Barat dan tiga RT di Kelurahan Tegal Alur. Untuk ruas jalan, semua sudah surut," kata Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BPBD DKI Jakarta Mohamad Yohan seperti dikutip dari Antara. 

Hujan badai sempat melanda ibu kota pada Selasa (28/1) hingga Rabu dini hari. Pada puncaknya, curah hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan genangan air dan banjir di 29 RT di Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Selain itu, setidaknya ada 22 ruas jalan yang tergenang. 

Stasiun Meteorologi Kemayoran di Kantor Pusat BMKG mencatat curah hujan yang turun hingga 184 mm sepanjang 24 jam. Adapun Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta mencatat curah hujan hingga 250 mm di kawasan bandara.

Prospek cuaca mingguan BMKG, periode 30 Januari-6 Februari mencatat kawasan Cengkareng, Jakarta Barat didera curah hujan yang jauh lebih ekstrem lagi, yakni sampai 264 mm. Di kawasan Pulomas, Jakarta Timur, curah hujan mencapai 214,6 mm.

Menurut Yohan, banjir terjadi karena saluran air tidak mampu menampung derasnya air hujan. "Saluran air yang ada melebihi kapasitas daya tampung sehingga meluap mengakibatkan genangan (banjir)," kata Yohan.

Yohan mengatakan ketinggian air di 10 RT yang masih terendam air berkisar antara 30 sampai 60 centimeter. Ribuan warga warga di wilayah terdampak masih mengungsi. Di Kelurahan Cengkareng Barat, misalnya, ada sebanyak 107 jiwa diungsikan ke Masjid An Nur dan Gereja GPPK Palem. 

"Sementara untuk warga Kelurahan Tegal Alur mengungsi di Mushalla Al Madin dan Masjid RW 015 sebanyak 692 jiwa. Ada juga 500 warga Kelurahan Rorotan yang mengungsi di Depo BCC," kata Yohan.

Hujan disertai badai juga sempat melanda DKI pada periode 19-21 Januari. Ketika itu, hujan sempat menyebabkan sejumlah area tergenang. Hujan juga terkadang mengguyur sepanjang hari dengan intenstitas rendah, sedang, hingga tinggi. 

Direktur Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dr Andri Ramdhani mengatakan hujan lebat di Jakarta dalam beberapa hari terakhir dipengaruhi oleh interaksi berbagai fenomena atmosfer global, regional dan lokal.

Fenomena global dan regional, semisal aktivitas gelombang Rossby Equatorial yang sedang aktif meningkatkan pembentukan awan konvektif di wilayah Indonesia; nilai Outgoing Longwave Radiation (OLR) yang negatif, pergerakan angin Monsun Asia, serta seruakan dingin (cold surge) dari Siberia. 

Adapun faktor lokal, semisal kelembapan udara yang tinggi (80–90%) di lapisan atmosfer 925–500 mb yang mendukung pertumbuhan awan hujan, indeks liabilitas atmosfer yang tinggi yang mendukung pembentukan awan konvektif secara intensif, dan efek konvergensi angin di sekitar Jakarta yang meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan.

"Kombinasi faktor-faktor tersebut menciptakan kondisi atmosfer yang sangat mendukung hujan lebat dalam beberapa hari terakhir, sehingga meningkatkan risiko genangan dan banjir di Jakarta," ujar Andri dalam keterangan tertulis yang diterima Alinea.id. 

Lebih jauh, Andri mengungkapkan hujan lebat diprediksi masih akan mengguyur Jakarta dan kota-kota penyangga hingga awal Februari. Tren permodelan atmosfer, menurut Andri, menunjukkan potensi hujan tetap tinggi, terutama pada sore hingga malam hari. 

“Hingga tanggal 31 Januari 2025, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih dapat terjadi di wilayah Jabodetabek, khususnya di Jakarta,” kata Andri. 

Namun, setelah tanggal 1 Februari 2025, intensitas hujan bakal berkurang secara bertahap seiring dengan melemahnya faktor-faktor pemicu hujan lebat. “BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti informasi cuaca terkini,” kata Andri.

Dalam dokumen "Pemutakhiran Musim Hujan 2024/2025" yang dirilis BMKG, disebutkan bahwa musim hujan tahun ini diperkirakan berlangsung hingga akhir Maret 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia. Beberapa daerah dengan pola hujan monsunal kemungkinan masih mengalami musim hujan hingga April atau awal Mei 2025.

Berdasarkan analisis dinamika atmosfer dan lautan oleh BMKG, sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan tahunan dalam kategori normal, yaitu antara 1.000 hingga 5.000 mm per tahun. Hanya sebagian kecil wilayah yang diprediksi akan mengalami cuaca ekstrem. 


 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan