Netumbo Nandi-Ndaitwah diumumkan sebagai pemenang pemilihan presiden Namibia yang digelar minggu lalu. Terpilihnya Nandi-Ndaitwah menjadikan dia sebagai perempuan pertama yang menjadi pemimpin di negara itu.
Dengan Nandi-Ndaitwah, 72 tahun, yang sekarang menjadi presiden terpilih, Organisasi Rakyat Afrika Barat Daya (SWAPO) telah memperluas kekuasaannya di negara Afrika bagian selatan tersebut.
Ia memperoleh 57,31% suara, mengalahkan 14 kandidat lainnya dan melewati ambang batas 50% untuk menghindari putaran kedua.
“Sesuai dengan Bagian 109 Undang-Undang Pemilu…saya, Elsie Nghikembua, ketua Komisi Pemilihan Umum Namibia, menyatakan Yang Mulia Netumbo Nandi-Ndaitwah dari partai SWAPO sebagai pemenang dan presiden terpilih pemilihan presiden 2024,” kata Nghikembua di ibu kota, Windhoek, dalam pengumuman hasil pemilihan, Selasa (3/12).
Nandi-Ndaitwah akan menjadi presiden kelima Namibia dan pemimpin perempuan keempat di Afrika setelah Ellen Johnson Sirleaf dari Liberia antara tahun 2006 dan 2018, Joyce Banda dari Malawi dari tahun 2012 hingga 2014, dan petahana Tanzania Samia Suluhu Hassan.
"Bangsa Namibia telah memilih perdamaian dan stabilitas," kata Nandi-Ndaitwah setelah dinyatakan sebagai presiden terpilih.
Kemenangannya mengukuhkan kekuasaan partainya, SWAPO, selama 34 tahun sejak merdeka dari apartheid Afrika Selatan pada tahun 1990 – sebuah hasil yang diperebutkan.
Namun, partai-partai oposisi menolak hasil pemilu karena menganggap pemilu dirusak oleh masalah teknis, termasuk kekurangan surat suara dan masalah lainnya, yang menyebabkan petugas pemilu memperpanjang pemungutan suara hingga Sabtu.
Di sejumlah tempat pemilihan, antrean panjang menyebabkan beberapa pemilih menyerah pada hari pertama pemungutan suara setelah menunggu hingga 12 jam. Partai-partai oposisi mengatakan perpanjangan itu ilegal dan telah berjanji untuk menggugat hasil pemilu di pengadilan.
Kandidat dari partai oposisi utama Independent Patriots for Change (IPC), Panduleni Itula yang tertinggal dari Nandi-Ndaitwah dengan perolehan suara 25,5 persen, pun menyuarakan gugatannya terhadap proses pemilihan.
“Aturan hukum telah dilanggar secara berat dan kita tidak dapat menyebut pemilihan ini dengan cara atau ukuran apa pun sebagai pemilihan yang bebas, adil, dan sah,” kata Itula pada hari Sabtu.
Nandi-Ndaitwah sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden SWAPO untuk Presiden Hage Geingob, yang meninggal pada bulan Februari 2024, dan untuk Presiden Nangolo Mbumba yang akan lengser, yang melanjutkan peran transisi setelah Geingob meninggal.
Ia memulai kariernya di dunia politik dengan ikut serta dalam gerakan kemerdekaan bawah tanah negara tersebut pada tahun 1970-an. Ia kembali dari Inggris untuk bergabung dengan parlemen pada tahun 1990 dan kemudian menjabat sebagai menteri dengan beberapa jabatan selama bertahun-tahun.
Sementara itu, selama berkuasa selama beberapa dekade, SWAPO telah mengecewakan para pemilih muda karena tingginya angka pengangguran di kalangan pemuda dan ketimpangan yang terus berlanjut.(anadolu, aljazeera)