Partai Demokratik oposisi Korea Selatan mendesak Mahkamah Konstitusi negara itu untuk segera memutuskan pemakzulan Presiden Yoon Suk-yeol. Menurut oposisi itu, membiarkan negara menunggu adalah "tidak bertanggung jawab" dan memperdalam perpecahan sosial.
Ketika pengadilan yang beranggotakan delapan orang itu melanjutkan musyawarah hingga minggu ketiga, ketegangan politik meningkat antara mereka yang menuntut pemecatan Yoon karena mengumumkan darurat militer jangka pendek pada bulan Desember dan para pendukung yang menginginkannya dipulihkan.
Pengadilan telah menyelesaikan argumen pada tanggal 25 Februari, di mana Yoon mengatakan deklarasi darurat militernya diperlukan untuk membasmi elemen-elemen "anti-negara" tetapi dia tidak pernah bermaksud untuk sepenuhnya memberlakukan aturan militer darurat.
"Negara dan rakyat telah mencapai titik puncaknya," kata seorang anggota pimpinan Partai Demokrat Kim Min-seok. "Kami menunggu keputusan pengadilan yang bertanggung jawab. Penundaan lebih lanjut bukanlah hal yang normal dan tidak bertanggung jawab," katanya dalam rapat partai.
Pada tahun 2017, mantan presiden Park Geun-hye dicopot dari jabatannya 11 hari setelah argumen terakhir di Mahkamah Konstitusi dalam persidangan pemakzulannya.
Warga Korea Selatan telah berkumpul dalam jumlah besar di ibu kota Seoul untuk mendukung dan mendukung pemecatan pemimpin konservatif tersebut, dengan mengatakan penundaan tersebut membuat frustrasi dan memperburuk kebingungan.
Yoon dimakzulkan oleh parlemen yang dikendalikan Partai Demokrat pada bulan Desember karena melanggar tugas konstitusionalnya. Ia melakukan tindakan yang merupakan ancaman serius terhadap supremasi hukum dan lebih dari sekadar mendiskualifikasinya dari jabatan, kata mosi pemakzulan.
Yoon sedang menjalani persidangan pidana terpisah atas tuduhan memimpin pemberontakan, yang dapat dihukum mati atau penjara seumur hidup.
Dampak dari deklarasi darurat militer Yoon telah memperlebar keretakan antara kaum konservatif dan liberal serta masyarakat umum, menambah tekanan pada lembaga dan menempatkan sebagian besar pembuatan kebijakan pemerintah dalam ketidakpastian.
Beberapa komandan militer tertinggi negara itu telah diberhentikan dari tugas dan menghadapi pengadilan pidana atas peran mereka dalam dekrit darurat militer. Argumen dalam persidangan mantan menteri pertahanan Kim Yong-hyun atas tuduhan pemberontakan dimulai pada hari Senin.
Perdana Menteri Han Duck-soo, yang sempat menjabat sebagai penjabat presiden setelah Yoon dimakzulkan dan ditangguhkan dari kekuasaannya pada tanggal 14 Desember, juga telah dimakzulkan dan negara tersebut sekarang dipimpin oleh Menteri Keuangan Choi Sang-mok.(reuters,asioane)