close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Volodymyr Zelensky dan Donald Trump. Foto: Ist
icon caption
Volodymyr Zelensky dan Donald Trump. Foto: Ist
Peristiwa
Sabtu, 01 Maret 2025 13:11

Pertikaian Zelenskyy-Trump mengungkap keretakan aliansi Barat

Perseteruan antara Ukraina dan AS telah memecah reaksi dunia menjadi dua.
swipe

Debat keras antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky selama pertemuan di Gedung Putih, Jumat (28/2) membuat sejumlah pemimpin global menunjukkan sikap di belakang Zelensky. Situasi ini juga semakin menunjukkan perbedaan antara Amerika dan Eropa mengenai Ukraina.

Zelensky, yang datang untuk menandatangani kesepakatan mineral utama dengan AS yang sangat penting bagi dukungan Amerika yang berkelanjutan dalam perang Ukraina melawan Rusia, meninggalkan Gedung Putih secara tiba-tiba setelah terlibat dalam pertengkaran verbal dengan Trump dan Wakil Presiden J.D. Vance, dengan keduanya menuduh presiden Ukraina tidak berterima kasih kepada Amerika atas dukungannya, dan karena "berjudi dengan Perang Dunia III".

Zelensky segera pergi setelah silang pendapat di Ruang Oval. Setelah pertemuan itu, konferensi pers bersama yang dijadwalkan antara Trump dan Zelenskyy dan makan siang bilateral dibatalkan. Perjanjian mineral antara AS dan Ukraina pun berada dalam ketidakpastian.

Demokrat mengkritik keras penanganan Trump atas masalah tersebut. Senator Chris Coons menunjuk pada ucapan terima kasih Zelensky yang sering kepada Amerika, sementara Senator Adam Schiff memuji keberanian Ukraina terhadap apa yang disebutnya sebagai kekesalan Trump. Bentrokan itu hanya memperlebar keretakan politik Amerika, memicu pertikaian mengenai prioritas kebijakan luar negeri.

Perseteruan antara Ukraina dan AS telah memecah reaksi dunia menjadi dua. Para pemimpin Eropa, yang akhir-akhir ini ingin mendekati Trump bersatu mendukung Zelensky. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja Kallas mengecam taktik AS, mendesak Eropa untuk melangkah maju sebagai pendukung utama Ukraina dan bahkan mengambil kendali dunia bebas. 

Macron dan calon Kanselir Jerman Friedrich Merz dengan tegas menolak sikap Trump yang tidak tegas terkait perang, dan menuding Rusia sebagai agresor yang jelas. Polandia, Swedia, Republik Ceko, Spanyol, Latvia, Lithuania, dan kepala Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen turut memberikan pernyataan, yang menandakan semakin kuatnya persatuan Eropa.

Kekacauan ini tidak hanya terjadi di kedua negara, tetapi juga memperlihatkan keretakan dalam aliansi Barat di tengah situasi global yang tidak menentu. Kesiapan Trump untuk mempermalukan sekutu di depan umum—melanggar norma diplomatik—menunjukkan bahwa kepemimpinan AS lebih mementingkan citra dalam negeri daripada kerja sama tim global. Dukungan hangat Eropa terhadap Zelensky, ditambah pembicaraan tentang perombakan kepemimpinan dunia, mengisyaratkan kemungkinan perombakan transatlantik. Jika Eropa memperkuat Ukraina, ini bisa menjadi titik balik dalam tatanan pascaperang, yang akan mengikis peran lama Amerika sebagai pemimpin Barat.

Rusia memanfaatkan kesempatan untuk memutarbalikkan keadaan. Tokoh besar Kremlin Dmitry Medvedev bersorak atas penghinaan terhadap Zelensky, dengan menekankan kisah Moskow tentang kekacauan Barat. Kegembiraan Kremlin menggarisbawahi keunggulan yang diperolehnya dari keretakan AS-Ukraina, yang berpotensi menguntungkannya di medan perang.

Bagi Rusia, episode ini memperkuat posisinya, membuka peluang untuk meningkatkan tekanan pada Ukraina saat tekad Barat mulai goyah. Mesin propaganda Moskow sudah bekerja sama, menggambarkan AS sebagai sekutu yang tidak dapat diandalkan—kalimat yang akan menyentuh hati di tempat-tempat yang khawatir akan pengaruh Amerika.(theweek)

img
Fitra Iskandar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan